Kamis, 10 Juli 2014

Soliter 2


11.
Nevskia kembali ke mejanya. Tidak tahu lagi apa yang harus ia lakkan untuk mempecepat penelitiannnya. Beasiswanya mempunyai batas waktu, tidak seperti teman-temeny Ige, Valens, Yersi, Alise, dan Arho mungkin yang berbiaya sendiri, ia harus memutar otaknya untuk cepat menyelesaikan penelitiannya.
“Mau nglembur Nevs?” Arho mengeluarkan WURCard-nya dari dompetnya.
Nevskia mengamati sekitar, masih ada Ige, Valens, Yersi yang sepertinya sebentar lagi mau pulang sudah mempersiapkan tasnya, dan Myristi sebentar lagi pasti datang.
“Kamu mau nglembur..?” tanya Nevskia lagi menoleh kepada Arho.
“Nggak,aku mau pulang!” kata Arho memasukkan WURcard-nya ke dalam dompetnya.
“Ck,” Nevskia menggeleng-nggelengkan kepalanya. Ia meletakkan buku catatannya,”Kirain nyiapin WURcard mau nglembur, nggak taunya cuma ngluarin dari dompet, trus dimasukkan ke dompet lagi..!” kata Nevskia bergumam. “Emang kamu penelitiannya sudah selesai hari ini?”
“Udah sih tadi, ditemenin kamu..!” Arho tersenyum, lalu menyurut lagi senyumnya saat mengamati dompetnya.
Nevskia lalu mendekati Ige, Valens, dan Yersi, mengamat-amati dari jendela di dekat mereka barangkali Myristi sedang dalam perjalangan menuju lab, tapi Nevskia tidak menemukan Myristi di sana. Nevskia membuka hand phonenya dan mengeikkan sms unutk Alise, “Kamu nggak nge-lab Lise? Lagi dimana?
“Kalian nggak nglembur..?”tanya Nevskia menatap Ige, Valens, dan Yersi, lalu menatap kembali hand phonenya.
“Nggak, Nevsk, kami nggak nglembur. Tumben hari ini kamu tadi seharian tidak di lab!” kata Yersi mencangklong tasnya, sambil tersnyum pada Nevskia.
“Nggak, tadi aku diajak Arho ke rumah kaca mengamati pertumbuhan tulip di sana...”kata Nevskia tersenyum manis, lalu mengamati lagi hand phonenya.
“Kamu nggak pulang Nevskia?” tanya Yersi sambil membuka pintu ke luar, “Kami pulang dulu ya, Nevskia.” kata Ige, yang diikuti dengan Valens yang juga pamitan pulang ke rumah, “Pulang dulu ya Nevskia..!”
“Ya, hati-hati.” Nevskia tersenyum mereka dengan sepenuh hati, kaget dengan keramahan mereka.
 Hand phonenya bergetar, dan Nevskia mengahadap kembali ke hand phonenya. “Aku nggak nge-lab Nevs, sama deadline ngejar tugas tuliasn juga!”
Nevskia menghela napas, kemudian kembali ke mejanya. Ia menatap meja Aguse, tidak ada orang di sana.
“Aku pulang ya Nevskia!” kata Arho setelah melepas dan merapikan jas labnya, lalu mengenakan jaketnya.
“Ya,” kata Nevskia lemas tanpa mengamati Arho.
***
12.
“Kopi, yang pertama kali harus aku lakukan kalau aku sendirian dan tidak tahu harus ngapain, sementara aku harus stay di lab adalah kopi, biar nanti lama-lamanya aku menemukan sesuatu yang dikerjakan di lab...!”
Jam setengah lima sore Nevskia berjalan menyusuri lorong-lorong kecil sederhana yang menghubungkan ruang-ruang laboratorium Biotechnion untuk keluar dari gedung tersebut. Ia melepaskan jas labnya, kemudian keluar dengan menggunakan mantel coklat yang tadi pagi dikenakannya. Ia tersenyum senang saat melewati beberapa lapangan, rumput, pohon dan gedung ketika menuju gedung Futurum, melihat mereka baginya adalah seperti aurora yang indah yang dapat mengalihkan perhatiannnya sejenak dari stressnya dan penatnya penelitian. Udara masih dingin, meskipun tidak membeku dan bersalju seperti kemarin. Sepanjang jalan masih ramai, dengan mahasiswa-mahasiswa yang mengenakan jaket tebal berjalan kesana-kemari dengan uap putih mengepul dari mulutnya atau bersepeda kesana kemari dari satu gedung menuju ke gedung lainnya, atau bahkan mungkin pulang ke kosnya. Nevskia terus tersenyum mengamati mereka sambil memasukkan kedua tangannya ke saku mantelnya. 
Senyum Nevskia semakin lebar saat dilihatnya gedung coklat Forum sudah di depannya.
“Kopi satu Bu,”
"Silahkan," kata ibu pramusaji, setelah menuangkan kopi ke cup gelas plastik.  
“Belum pulang?”
“Ya, belum, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan"
Si ibu tersenyum.
Nevskia tersenyum mengambil kopi tersebut kemudian menenggaknya setelah duduk di salah satu kursi, bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang gila dengan lap topnya, mengerjakan tugas, atau pun yang hanya duduk-duduk ngobrol, sambil terus menikmati pemandangan sore yang ia tembus melalui kaca jendela, rumput-rumput yang hijau yang kaku tegak karena menahan dingin dan sebagian gedung-gedung yang membeku yang diterpa angin dingin di depannya, membuat kopi dan santai yang dinikmaati Nevskia benar-benar nikmat.
“Oke, jika begini aku bisa lupa penelitinku. Akan lebih sempurna kalau ada beberapa cowok di sini dan aku bisa melihat pemandangan yang ditimbulkan oleh mereka. Tapi sore hari ini pun sudah cukup bagiku, mengalahkan ratusan ribu cowok yang mungkin ada di belakangku, sepatuku bagus. Dan aku siap untuk memulai petualangan selanjutnya.” kata Nevskia, setelah tadi mengamati sepatunya sebentar, lalu duduk tegak lagi
Nevskia dengan berjalan pasti meninggalkan tempat duduknya dan kopinya yang nyaman menuju lab tempat penelitiannya, menginjak kembali rumput-rumput basah dengan sepatunya yang tadi dipujinya.
***
13.
“Apa yang harus kita lakukan kali ini?" kata Nevskia, duduk dikursinya sambil memeriksa log book-nya. "Jika kali ini pengayaanku gagal, maka kemungkinan terdekat yang harus aku lakukan adalah bikin minimal medium cair untuk menggantikan pengayaan yang lama, dan membuat minimal medium agar untuk menumbuhkan bakteri hasil pengayaan yang sedang aku lakukan...”
Nevskia bangkit, dia mengambil dua buah erlenmeyernya yang ia simpan di oven, ia letakkan di meja untuk memasukkan ke dalamnya akuades. Setelah mengisisnya dengan akuades, Nevskia membawanya ke ruang bahan kimia, menyiapkan K2HPO4, MgSO4.7H2O, NaCl, FeSO4.7H2O, MnSO4.7H2O, dan CaCO3, “Ah... tapi gak bisa, nggak ada yang steril medium hari ini, jadi nggak mungkin aku steril medium sendirian...!"
"Atau mungkin bisa..!" kata Nevskia tersenyum, penuh senyum curang.
Nevskia akhirnya jadi menimbang bahan-bahan tersebut, dan mensterilnya dengan autoklaf kecil.
“Selanjutnya yang harus aku lakukan adalah, 1. membuat minimal medium cair dan minimal medium agar, 2. mensteril medium, 3. melihat pertumbuhan bakteri, 4. detox alat-alat yang nggak kepake, 5. nyuci alat, 6. siapin steril alat, 7. ngrapiin akuades steril, 8. nuang medium... Akhirnya aku menemukan hal-hal yang harus aku kerjakan di lab,” kata Nevskia tersenyum sambil mencatati log book-nya.
Nevskia berjalan menuju rak yang tingginya lebih tinggi dari kepalannya, terbuat dari aluminium dan di situ terdapat nama-nama mahasiswa yang sedang melakukan penelitian,  mengambil bungkusan petri dishnya. Bungkusan itu ia bawa ke meja, kemudian ia buka plastik pembungkus tumpukkan petridish tersebut, dibuka masing-masing kertas pembungkusnya, kemudian ia amati pertumbuhan bakterinya.
"Hari kesembilan, tetapi bakteriku belum juga tumbuh, " kata Nevskia setelah mengamati log book-nya ada tanda strip sembilan kali sejak pertama kali ia menumbuhkan bakteri tanggal 11 Juli hingga sekarang tanggal 19 Juli.
Nevskia berpikir sejenak mengamati petri dish tersebut, apakah petridishnya akan didetoks atau tidak, jika didetoks makna kedepan ia tidak akan dapat mengamatinya lagi, bakterinya bisa tumbuh atau tidak, tapi kalau tidak didetoks ini sudah hari ke sembilan, petridishnya tidak dapat digunakan untuk penelitian berikutnya lagi pula pekerjaannya akan menumpuk kalau ia tidak segera mendetoks petri dish tersebut. "Kupikir aku harus menyiapkan pteri dish untuk penelitian berikutnya, jadi terpaksa aku harus mendetoksmu kawan..." kata Nevskia sambil membuka plastik wrap penyegel petri dish-petri dish tersebut. Lalu memngumpulkan tabung reaksi dan erlenmeyer yang tidak terpakai.
Nevskia menempatakan peralatan tersebut ke karanjangnya, kemudian ia bawa ke depan kompor. Ia mengambil air dengan ember kemudian ia masukkan ke dalam panci rebusan, ia menambahkan sabun pencuci piring kemudian menyalakan kompor tersebut.
Nevskia duduk diam mengamati petri dishnya sambil sesekali mengaduk-aduk petridishnya. Seteleh air tersebut mendidih dan semua material yang ada di dalam petri dish melarut, Nevskia mengangkati pertri dish teresebut dan dimasukkannya ke dalam ember.
Nevskia membawa ember tersebut ke wastafel kemudian mencucinya.
Selesai mencuci, Nevskia menuangkan sisa air rebusan ke dalam ember kemudian membuarnya ke tempat pembuangan limbah.
Setelah itu, Nevskia merapikan peralatan yang tadi dicucinya kemudian ia masukan ke dalam oven.
Nevskia kembali ke mejanya, mengamati log bokk-nya lagi sambil mencoret perkerjaan yang telah selesai. Nevskia mencoret nomor 1. membuat minimal medium cair dan minimal medium agar, 2. mensteril medium, 3. melihat pertumbuhan bakteri, 4. detox alat-alat yang nggak kepake, 5. nyuci alat..." Nevskia berdiri mengambil akuades yang tadi disterilnya, dihitungnya, kemudian diletakkan di containernya, mencoret daftar 7. ngrapiin akuades steril. Nevskia kemudian mundur bersandar pada dinding di belakangnya sambil menghela napas melepasakan kepenatannya.
Nevskia melirik jam dinding yang ada di atasnya, “Jam 20.30,” kata Nevskia, “Pulang nggak ya, kalau aku pulang aku tidak dapat menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Tapi kalau aku nggak pulang rasanya aku takut sendirian di sini.” Nevskia memelorotkan posisi menyandar temboknya, dari berdiri menjadi berjongkok.
Nevskia mengamati sekitar. Teringant olehnya cerita-cerita seram tentang lab ini kemarin, waktu ia tidak sengaja mendengarkan cerita Yersi yang diikuti anak kecil bermain-main di lab kemudian menghilang di toilet, atau Sabtu kemarin dokter Lienna yang katanya menjumpai seorang mahasiswinya sedang duduk di lab sendirian tanpa melakukan kegiatan apapun, sementara lampu lab mati, atau Neapo yang katanya bertemu cewek yang mirip Ige yang sama-sama dari toilet, tapi setelah sampai ruangan ternyata Ige ada di dalam ruangan.
Nevskia mengamati ruangan sekitar, menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa ia sendirian. Memastikan bahwa suara-suara yang ada merupakan suara alam jangkrik, angin, detik jam, dan mesing penggojog di lab.
“Aduh, mana sakit perut lagi. Tahu mau sakit perut gini aku tadi nggak minum kopi,” kata Nevskia, masih berjongkok memegangi perutnya, “Sekarang apa yang harus kulakukan, pulang nggak mungkin, perutku sakit begini. Bahkan ketika setan muncul, laripun aku nggak bisa. Satu-satunya jalan adalah aku minta teman," Nevskia mengamati sekitarnya, bunyi kletak-kletik di seberang dindingnya benar-benar membuat dia tak berdaya, “Katanya di sini banyak setannya, kalau pun banyak aku nggak bisa lari. Ya allah, kalau ada hantu, jangan biarkan dia menakutiku, tapi jadikanlah ia menemaniku, munculnya tidak usah berbau wangi, tidak usah menyebabkan hawa dingin, tidak usah membuat bulu kuddku berdiri, pokonya tidak usah menyebabkan perubahan pada tubuhku. Jika ia datang, datanglah ia, dan justru dijadikan sebagai temanku.”
*** 
14.
Nevskia berdiri lagi, setelah rasa sakitnya berkurang. Nevskia melirik ke arah jendela, ekor matanya menangakap ada bayangan seseorang yang menempelkan wajahnya ke kaca jendela. Nevskia menoleh ke arah bayangan tersebut, tapi tidak mendapati orang yang menempelkan wajahnya tersebut.
Nevskia masih tetap berdiri, lalu ekor matanya menangkap ada seseorang lagi yang melihatnya dari balik kaca jendela lagi. Nevskia meliriknya pelan-pelan dan ia dapati sesorang berwajah coklat berdiri tegak di balik jendela sedang mengamatinya.
“Huaaaa.!” teriak Nevskia memegangi dadanya, sambil masih menatap kaca jendela.
 Tok...tok...tok...”Tolong bukain pintu Nevskia..!” Neapo tersenyum, dan senyumnya berubah menjadi senyum agak geli ketika Neapo menyadari Nevskia ketakutan.
 Nevskia bergegas berlari ke belakang dan membukakan pintu untuk Neapo.
"Neapo, kau mengagetkanku..!”
 “Kamu kaget ya Nevskia, maaf..!
“Oh, iya, nggak apa-apa, kebeneran kok aku jadi ada temannya untuk nge-lab” kata Nevskia tersenyum berjalan mendahului Neapo.
“Udah hampir jam sembilan kok belum pulang?”
“Iya, tadi harus nglembur dulu...” kata Nevskia senang, akhirnya ia dapat teman untuk nglembur."Tumben Neapo baik,"bisik hati Nevskia.
Neapo tersenyum.
Nevskia berjalan ke arah oven, merapikan petri dish dan alat-alatnya yang tadi dikeringkannya di oven, memasangkan petri dish dan pasangannya, menutup tabung reaksi dengan kapas penutup, menutup erlenmeyer dengan kapas penutup, mengikatnya dengan karet, kemudian ia masukan ke dalam kantong plastik.  
Nevskia mengenakan masker, mengambil minimal medium agar, membawanya ke Laminar air flow, menuangkan medium tersebut ke 33 petri dish, dan membiarkannya disinari UV selama satu jam. Nevskia menyegel petri dish tersebut dengan plastik wrap, membungkusnya lagi dengan kertas, dan membungkusnya dengan kantong plastik. 

Nevskia menengok lagi ke arah jendela, dan mendapai Neapo sedang berdiri di sana, mengamati Nevskia.  
“Aaa..! Neapo, ngapain sih kamu ngaget-ngagetin aku dengan selalu berdiri diam seperti itu?!” teriak Nevskia yang mengamati Neapo yang sedang berdiri di depan kaca jendela dekat pintu. 
"Aku sedang cari kunci kosku yang jatuh."
"Tapi nggak ngagetin orang gitu dong!"
Neapo masuk dan melanjutkan aksi mencari kuncinya, mencari kuncinya di seluruh ruangan dan di lantai-lantai.
Nevskia mengamatinya dengan menggeleng-gelengkan kepala. 
Áku pulang dulu ya Neapo, tengkyu, kalau nggak ada kamu mesti aku sudah balik dari tadi dan nggak bisan gerjain apa – apa karena ketakutan, karena ada kamu pekerjaanku kelar deh.. Bye Neapo!” kata Nevskia tertawa karena pekerjaannya kelar. 
Neapo tersenyum.
***
15.
Nevskia berhasil mendapatkan sebuah sepeda dan ia gunakan untuk pulang ke kosnya. Sepanjang perjalanan pulang Nevskia terus tersenyum merasa senang karena pekerjaannya sudah selesai. Ia kayuhkan sepedanya dengan kencang, tapi ia sempatkan juga sedikit berteriak-teriak dan memandangi kelamnya langit musim dingin. Sesekali juga ia pura-pura menikmati menghirup aroma udara malam yang dingin tapi lebih sering ia menahan napas karena dingin.
Nevskia duduk sejenak di taman di tepi jalan antara kampus dan kosnya untuk menikmati dinginnya udara malam. sambil menggosok-gosokkan tangannya ia menikmati langit malam. Tak lupa ia membuka jejaring sosialnya untuk memamerkan kegiatannya di kampus di Belanda dan langit malam yang sedang ia amati dan pekerjaannya yang telah selesai.
Nevskia menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian menyadari kalau ia perempuan tidak baik perempuan di luar malam-malam sendirian. Dengan senang hati Nevskia menaiki kembali dan mengayuh sepedanya dengan kencang, tiba – tiba pikirannya kembali ke lab, ”Bukankah tadi aku sakit perut? Bukankah tadi waktu aku sakit perut aku berdoa- Aduh, aku sakit perut, wahai hantu, kamu jangan ke luar ya, kamu kalau mau keluar, jangan berwujud yang menakutkan ya, tapi berwujudlah seperti sesuatu yang kukenal, yang hangat tanpa ada perubahan udara seperti hawa dingin dan tanpa ada perubahan bau seperti bau wangi, pokoknya biasa aja, berwujudlah seperti sesuatu yang aku kenal dan temanilah aku di sini, menyelesaiakan pekerjaanku...- Bukankah itu tadi doaku sambil aku terduduk menyender di dinding karena menahan rasa sakit?
"Lalu yang tadi barusan datang siapa? Neapo atau siapa..? Lagian bukannya tadi siang dia tidak nge-lab, ngapain dia malam – malam ke lab? Lagian tadi dia diem aja, ekspresinya datar walau pun sempet senyum sih! Aneh dia senyum! Kenapa tadi aku nggak nengokin kakinya, napak atau nggak? Napak, aku liat waktu dia mencari kunci. Lagian sebentar – sebentar tiba – tiba ia ada di depan kaca jendela, sebentar – sebentar dia diam memandangiku. Tadi sebenarnya dia siapa..!” teriak Nevskia sambil mengayuh sepedanya kencang ke kosnya.
*** 
Sampai di kosnya, Nevskia segera menenggak air kelapanya, memikirkan apa yang barusan terjadi di lab sambil ngos-ngosan napasnya setelah bersepeda kencang, lalu pergi ke kamar tidur. Ingin rasanya Nevskia meniduri kasurnya yang empuk di belakangnya, tapi akhirnya ia memutuskan untuk membaca jurnal di komputernya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar