Minggu, 13 Juli 2014

Detektif Keju




16.
Ige lewat di samping Nevskia, membawa erlenmeyer.
Valens, masuk lab setelah terdengar dari percakapannya ia baru saja konsultasi dengan dokter Lienna.
Nevskia duduk diam di mejanya. Mengamati erlenmeyernya yang berisi minimal medium cari dan potongan keju yang sudah digojognya selama tiga hari. Ia hendak mengambil larutan tersebut untuk ditunuangkan di ptri dish atau hendak menumbuhkan  bakteri yang ada di erlenmeyer tersebut, ka;au ada, untuk dipindahkan di petri dish di minimla medium agar. Tapi ia mengamati erlenmeyer tersebut sambil serius berpikir tadi malam Neapo beneran atau bukan.
“Seharusnya jika kau sudah digojog tiga hari tiga malam dan dikasih nutris kau tumbuh,tapi kenapa kau tidak tumbuh?”
 “Nevskia.!” panggil Aguse
“Pak James ada, Nevskia?” 
“Pak James di ruangannya, lah!”
“Kamu galak banget, Nevskia!
“Bakteriku gagal tumbuh!” kata Nevskia.
“Proposal kamu sama Pak James udah selesai urusannya, Nevskia?”
“Belum!” 
“Kamu galak kenapa, Nevskia?”
“Bakteriku nggak tumbuh, dibilangin juga!” bentak Nevskia mengamati Aguse
“Matamu menghitam!” kata Aguse sambil menunjuk mata Nevskia, kaget.
"Ini karena aku baca jurnal semalaman, menatap komputer, mencari tahu apa sebenarnya penyebab bakteriku tidak tumbuh!"
"Emang bakterimu belum tumbuh beneran Nevskia?" tanya Aguse.
"Belum," kata Nevskia berjalan cepat meninggalkan Aguse.
Aguse mengamati Nevskia sambil tersenyum.
Nevskia menerima segelas kopi kapucino dan langsung menenggak setengah isi kopi kapucino tersebut sebagai ungkapan perasaannya. Nevskia duduk tegak di kursinya sambil tangan kirinya memegang ujung-ujung lembaran jurnal sebelah kiri, pandangan matanya lurus ke depannya, sedangkan rahangnya sekali-sekali mengeras memikirkan apa sebabnya penyebab bakterinya tidak tumbuh.
 Nevskia yang mengenakan celana hitam, sweater hangat hitam, dan syal biru tua tebal yang melilit lehernya, dan jilbab hitam yang ia kenakan menyerupai topi,  tersenyum mengamati tingkah mereka, “See, mereka di sini mengawasiku jadi aku bisa refreshing jika aku duduk di sini..!”
Nevskia keluar dari restauran Futurum masih pede dengan sandal jepitnya buru-buru berjalan menuju labnya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya, ia tidak mau ketinggalan moment dan kesukaannya di lab gara-gara Neapo.
Nevskia segera mengenakan jas labnya, maskernya, kemudian sarung tangannya, menyemprotkan alkohol kemeja dan ketangannya, membersihkannya, mengeluarkan petri dish yang kemarin ia siapkan kemudian ia beri kode dari n1r1 hingga n3r3 dan tanggal, menyalakan pembakar bunsennya, kemudian segera mengambil setiap larutan yang ada di erlenmeyer dengan menggunakan mikropipetnya, ia teteskan ke dalam akuades streril, ia vortex, kemudian ia ambil lagi setengah ยตl, ia masukkan ke tabung reaksi yang baru, ia vortex, kemudian ia ambil lagi dengan menggunakan mikropipet ia masukkan ke dalam akuades steril, begitu hingga tiga kali, kemudian ia ambil hasil terakhir dengan menggunakan mikropipet ia tuangkan ke petri dish berisi minimal medium agar yang ia siapkan kemarin. Nevskia melakukannya hingga 27 ulangan.
Nevskia menyegel masing-masing petri dish tersebut dengan plastik wrap, kemudian ia membungkusnya dengan kertas, lalu membungkusnya dengan kantong plastik, ia letakkan di raknya yang bertuliskan Nevskia.
 Nevskia melepaskan tip terakhir yang menempel pada mikropipetnya, mengumpulkannya menjadi satu kemudian membungkusnya dengan plastik, menutup pembakar bunsen untuk mematikan apinya, merapikan tabung reaksi sisa akuades steril kemudian ia masukkan ke dalam embernya, mengelap mejanya, mengembalikan peralatan ke tempat semula, mengembalikan erlenmeyer ke mesin penggojong.
Nevskia lalu membawa tabung reaksi dan sisa perlengakapan lain ke depan kompor, mendetoksnya, kemudian mencucinya. Selesai mencuci peralatannya Nevskia mencuci tangannya dengan sabun di wastafel, kemudian melepas sarung  tangangnnya.
Nevskia berdiri di depan salah satu kaca jendela, melihat bayangnnya yang samar-samar sambil melepas maskernya.  
***
17.
Di atas rumput di depan gedung Biotechnion, Nevskia lari meninggalkan labnya lagi, refreshing sambil menemui teman-teman satu gengnya teman-temannya dari Indonesia, yang berdiri dan berkumpul-kumpul membentuk lingkaran, mereka mengenakan jaket tebal-tebal dan suara triuh rendah terdengar dari mereka. Mereka datang senganja untuk menemui Nevskia, mengucapkan selamat atas masuknya Nevskia ke laboratorium dan yang paling utamanya adalah mereka bisa ngerjain Nevskia.
“Kalian nyambut aku, ya?” tanya Nevskia. 
 “Yee..siapa yang nyambut Nevskia?” kata Pyleni tertawa.
“Ah pura – pura, pasti tadi kalian nyambut aku, ya kan?”
“Ih, siapa yang pura – pura?! Lo geer deh!” kata Amine.
Lalu kelompok yang terdiri atas Myristi, Betaine, Aguse, Nitia, Alie, Eksan, dan Pyleni itu pun ikut menertawakan Nevskia, mulai dari yang senyum-senyum sampai jujur tertawa ngakak.
 “Hum..!” kata Nevskia ngambek.
 “Ha..ha.. Nevskia ngambek!” kata Aguse.
Lalu mereka tertawa lagi.
Nevskia diam.
Semua hening.
“Gimana nge-labmu, Nevskia?” tanya Amine.
“Bakterinya nggak tumbuh ha..ha..!” kata Eksan.
Dan mereka menertawakan Nevskia lagi tertawa lagi.
“Makanya tadi Nevskia di Lab galau ha..ha..!” kata Aguse.
"Liat aja matanya sampai menghitam gitu!"
Semua tertawa menertawakan Nevskia.
Nevskia diam.
 “Heh, heh, Nevskia ngambek heh!” kata Betaine, pura-pura simpati.
Nevskia diam.
Mereka diam.
“Semua penelitian kalau yang nglakuin Nevskia gagal ha..ha..!” kata Aguse lagi.
Dan mereka ikut tertawa, menertawakan Nevskia lagi.
Nevskia diam.
Nevskia melihat Neapo cuci tangan di watafel di balik kaca jendela Lab.
“Heh, Nevskia mau nangis heh, diem-diem..!” kata Betaine.
 “Heh, biarin aja mau nangis Nevskia kan mainannya kita, ha..ha..!” kata Myristi.
Hum..!” kata Nevskia ngambek, memanyunkan bibirnya.
Mereka tertawa menertawakan Nevskia lagi.
 “Kalian mau kemana?” tanya Nevskia serius.
“Makan!” jawab Amine.
“Nggak ding, bohong, kita mau kuliah!” kata Myristi.
“Ntar kalau mau makan, aku diajak ya!” pinta Nevskia.
“Nggak mau..!” kata Aguse.
Hum..” kata Nevskia ngambek.
"Nggak usah, Nevskia nggak usah diajak..!"
"Hum..."
 “Ya..” kata Myristi.
Nevskia tertawa.
"Ya Nevs..." kata teman-teman Nevskia kompak mengajak Nevskia.
***
18.
Nevskia..” panggil Arho.
"Wah, matamu menghitam, kenapa?"
Nevskia diam tak mendengarkan Arho bahkan ia terus berjalan.
“Ini roti keju, Nevskia!” kata Arho.
“Roti,” kata Nevskia tidak bernafsu, sambil melirik potongan keju yang berada di tangannya Arho.
“Ini roti keju, ini rotinya ini kejunya!” kata Arho mengeluarkan roti dari tangan kirinya.
“Wua kamu curang..!” teriak Nevskia tertawa.
Arho tersenyum.
Nevskia membuka kertas – kertas pembukus petri dishnya kemudian mencatat pertumbuhan bakteri yang ada di permukaannya, kosong, tidak ada bakteri yang tumbuh di hari  pertamanya. Nevskia meletaknan kembali petri dish tersebut sambil menghela napas lemah, kemudian melanjutkan mencatat hasil penelitian petri dish-petri dish yang lain. 
Nevskia masih duduk di mejanya, mengamati log book-nya. Lab ramai hari siang seperti ini banyak orang nge-lab menyelesaikan penelitiannya. Nevskia masih memikirkan hal apa yang akan ia kerjakan hari ini dan memikirkan bagaimana caranya membalas dendam Neapo. Nevskia mencatati 1. pinjam petri dish pada laboran. 2, kemudian Nevskia memandangi lagi log book-nya.
Nevskia berdiri kemudian mendatangi raungan bagian penyedian glaswsare, “Dorothy, bolehkah aku meminjam petri dish lagi sebanyak 30 buah?" tanya Nevskia. “Untuk apa kau meminjam petri dish sebanyak itu Nevskia?” tanya Dorothy sambil menyiapkan petri dish yang akan digunakan Nevskia. “Kupikir aku akan mengulang penelitianku lagi Dorothy, jika bakteriku tidak tumbuh jika aku harus mengulang maka besok aku sudah menyiapkan mediumnya...” kata Nevskia sambil mengamati Dorothy.
"Dengar Nevskia, kupikir kau akan membuang-buang waktau kalau kau akan menyiapkan 30 petri dish lagi, dan seterusnya. Lebih baik kau cari dulu penyebabnya bakterimu tidak tumbuh, atau kau bisa tanyakan kepada Profesor Miller penyebabnya?" Dorothy mengamati Nevskia setelah meletakan tiga keping petri dih yang ada disampinya.
"Begitukah Dorothy, aku harus menemui Profesor Miller?" tanya Nevskia antusias. Selama ini tak pernah terpikirkan olehnya bertanya kepada profesor Miller atau kalaupun terpikirkan ia ragu apakah ia bisa menanyakannya atau tidak.
"Baiklah Dorothy, aku akan menanyakannya terlebih dahulu!" kata Nevskia samvbil menunjuk ke arah ruanggannya profesor Miller, Dorothy tersenyum kemudian menganggunggakan kepalanya.
Nevskia meninggalkan tiga keping petri dishnya di meja Dorotyhy sambil tersenyum penuh semangat. Pikirannya senang karena akhirnya ia mendapat bantuan atau pencerahan setelah mengobrol dengan Dorothy.  "Akan sangat menyenangkan kalau aku bisa berkomunikasi dengan profesor Miller!"
Nevskio!” kata Alise, lagi.
“Hei So..!” kata Nevskia, “Aku suka film ‘How to Train Your Dragon’-nya!” kata Nevskia tertawa.
“Iya, bagus kan Nev, apalagi 3D-nya, bagus..!” kata Alise.
 “Aku suka adegan terbangnya Hiccup dengan dragonnya, aku suka nama dragonnya Hiccup, Toothless, aku suka gaya jinaknya Toohtless, keren, hitam, bisa nyemburin api warnanya biru..”
“Iya, ya Nev, dia tuh, abis dipelihara, jadi jinak ya..?” kata Alise, tersenyum.
Nevskia tersenyum.
 Nevskia menjatuhkan kepalanya di meja.
“Kenapa Nevskio?”
“Bakteriku nggak tumbuh..” kata Nevskia, masih sambil meletakkan kepalanya di meja.
“Oh..” kata Alise, sambil memegangi jurnalnya Nevskia.
“Sebenarnya Nevskia..” kata Alise sambil meletakkan jurnalnya Nevskia.
 "Aku mau menemui Profesor Miller dulu..!“ kata Nevskia melambaikan tangannya berlari meninggalkan Alise, "Tidak, sebenarnya aku mau makan siang dulu ya hehe..!” kata Nevskia ceria sambil berlari.
Nevskia lari ke luar.
“Lah,  Nevskia itu Profesor Miller..!” kata Alise melihat profesor Miller, sementara Nevskia lari ke arah lain.
Nevskia tidak menoleh.
“Dasar Nevskia..!” kata Neapo, sambil mengamati Nevskia
Ige memandangi Nevskia, sambil membawa Erlenmeyer.
Arho mendekat, mereka mengamati Nevskia.
“Ada apa, ya..?” tanya mba Valens, ikut memandangi Nevskia. Nevskia memegangi jurnalnya, bergabung bersama Myristi, Betaine, Aguse, Nitia, Alie, Eksan, Amine, dan Pyleni sambil tertawa – tawa.
***
19.
Selesai makan Nevskia berjalan cepat ke ruangan profesor Miller. Pinggang Nevskia menabrak sudut meja, dan ia hanya marah-marah saat Zako, adik angakatannya dari Jepang berjalan mendahuluinya mengambil spotnya untuk berkonsultasi dengan profesor Miller, “Sory, aku dulu Nevskia?!” kata Zako tersenyum sambil membawa dua halaman kertas di tangannya.
“Hei, kau, huh dasar..!” tuding Nevskia.
Zako hanya tersenyum
Dokter Lienna yang ada di situ tersenyum.
“Hei, halo, Nevskia!” kata Neapo yang menghindarkan erlenmeyernya dari benturan badan Nevskia.
“Oh, Neapo,” kata Nevskia tersenyum.
Nevskia lalu mengamati punggung Neapo, cowok setinggi 180 cm berambut ikal, panjang, pirang  mirip Josh Gorban, tapi lebih seksi, lebih suka mengikat rambutnya di belakang, menggulung lengannya, dan suka serius membaca jurnal sambil sesekali berdiskusi atau membantu temannya, sambil tersenyum, "Neapo hantu,"
Nevskia lalu berlari menuju ruangan profesor Miller saat Zako keluar.
"Awas kau!" kata Nevskia saat berpapasan dengan Zako.
"Sory Nevskia,..!" kata Zako kabur, sambil mengamati Nevskia.
“Profesor Miller, apa Anda masih punya waktu sedikit?”
“Ya, Nevs?"
"Oh, ya, Profesor, apa yang harus aku lakukan, bakteriku tidak mau tumbuh?"
"Oh ya, kamu yakin bahan-bahan yang kamu gunakan sudah kamu masukan semua ?!" kata pprofesor Miller mengamati Nevskia.
"Sudah Profesor!"
Profesor Miller mengamati Nevskia. "Kamu tidak menggunakan air yang salah kan, air yang mengandung klorin tinggi misalnya..?" tanya Profesor.
"Tidak Prof, saya menggunakan akuades,"
"Kalau tidak, seharusnya tidak ada masalah. Kamu tidak lupa memasukkan antibiotik atau sesuatu bahan yang lain yang mengahmbat atau mematikan bakteri kan ..?"
"Tidak Prof, seingat saya bahan-bahan yang saya gunakan hanya K2HPO4, MgSO4, NaCl, FeSO4, MnSO4, dan CaCO3, dan tidak ada antibiotik di antara bahan-bahan tersebut."
"Kau sudah mengulangnya?"
"Sudah Prof, ini ulangan yang kedua dan hari ini saya melakukan pengamatan yang pertama."
"Apa penyebabnya ya," kata profesor sambil berpikir. "Oke besok jam 10 saya akan menemanimu di  lab, membicarakan masalah apa yang terjadi. Tapi sekarang, kamu tetap melakukan pengamatan, 14 hari. Tapi kamu juga cari informasi ke jurnal-jurnal dari bahan-bahan yang kamu gunakan ada yang bereaksi dengan bahan-bahan penyusun keju dan bersifat toksik atau tidak?"
"Prof. Miller tau aja kalau aku sudah melakukan pengamatan hingga hrai ke sembilan dan nggak tumbuh, dan menyuruh mengulanginya mengamati sampai hari ke tujuh pada percobaan kedua. Ya iyalah tahu, namanya aja profesor kalau  nggak tahu nggak bakalan sampai jenjang profesor," kata Nevskia ngikik dalam hati,
"Paham Nevskia?"
"Masuk akal, baik Prof," 
Nevskia tersenyum lalu meninggalkan ruangan profesor Miller.
***
"Dorothy kurasa aku tetap pinjem petri dishmu," kata Nevskia mendekati Dorothy. "Jadi apa keputusanmu setelah mengahdap Profesor Miller?" tanya Dorothy, ibu paruh baya yang mengenakan jas lab putih, mengenakan kulot pendek wana krem, berkaca mata, berbadan sedang, berambut pirang dan penuh perhatian itu mengamati Nevksia. "Saya harus mengulang percobaan saya, tapi saya tahu penyebabnya. Mungkin itu diakibatkan karena terjadi reaksi kimia antar bahan dan senyawa pada fermentasi kejunya!"
"Oh, baiklah kalau begitu semoga berhasil. Silahkan tanda tangan di sini dan di sini!" kata Dorothy menyerahkan dua carik kertas kepada Nevskia.
Dorothy lalu menyerahkan setumpuk petri dish pada Nevskia. 
Nevskia tersenyum dan membawa tumpukan petri dish tersebut ke mejanya.
"Siapa yang nimbang medium, aku ngantri  ya!" 
Nevskia berdiri menyender di mejanya, mengamati log book-nya. Jadi  yang harus kulakukan hari in adalah 1. menimbang bahan kimia, 2.steril medium, 3.mencatat hasil pengamanat bakteri, 4.nungguin bakteri, 5.detoks alat-alat, 6.steril alat, 7. nyiapin akuades.
"Nevskia, udah tuh nimbangnya!" kata Yersi meninggalkan ruang bahan kimia sambil membawa erlenmeyernya. 
Nevskia mengamati Yersi kemudian tersernyum. Kemudian mengambil erlenmeyernya, ia isi dengan akuades steril, kemudian menimbang bahan-bahan kimianya di ruang bahan kimia. Sambil mengaduknya larutan bahan kimia tersebut dengan mesin stirer, Nevskia mengamati dan membaca masing-masing komposisi pada kemasan bahan-bahan kimianya, barangkali ada bahan kimia dapat beraksi dengan bahan kimia lain dan dapat menghambat atau membunuh bakteri, tetapi tidak mendapati sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tersebut. 
Nevskia meninggalkan erlenmeyer tersebut ke autoklaf kemudian berjalan menuju mejanya, Nevskia merapikan mejanya dan tidak mendapati banyak tabung reaksi atau erlenmeyer yang perlu didetoks. Nevskia menunduk di bawah mejanya mengecek akuadesnya dan tersisa 14 tabung reaksi yang bisa ia gunakan untuk penelitian berikutnya. Nevskia kembali berdiri, dan mencoreti daftar 1. menimbang bahan kimia, 2.steril medium, 5.detoks alat-alat, 6.steril alat, 7. nyiapin akuades, "Jadi aku nggak perlus detoks alat dan steril akuades," katanya. 
Nevskia mengambil petri dish yang digunakan untuk menumbuhkan bakterinya di raknya. Mengamatinya dan mencatat hasilnya di log book-bya, "Nggak ada hasilnya, "kata Nevskia, "Permukaan medium ini benar-benar kasar, tidak ada satupun koloni yang tumbuh di atasnya," kata Nevskia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu meletakan petri dishnya, satu-persatu. Nevskia mencoret daftar 3. mencatat pertumbuhan bakteri. 
"Kamu sterilnya udah Nevskia?" tanya Yersi dari depan autoklaf. Nevskia mendekati dan membantu Yersi menutup autoklaf tersebut, "Udah Yers," 
Nevskia duduk lagi sambil nungguin steril mediumnya. Mengamat-amati petridisnya sambil tersenyum padanya sambil mengajaknya ngobrol. Mengelapi permukaan luar petri dish tersebut dengan tisunya. Membersihkan setiap ada noda atau goresan di luar permukaan petri dish. Lalu menggantu segel plastik wrap yang sudah rusak. Membungkusnya kembali petri dish-petris dish tersebut dengan baik dan benar dan dengan hati-hati, lalu dengan hati-hati ia mengembalikannya ke raknya. Nevskia mengangkati steril mediumnya dari autoklaf, meletakannya di meja, lalu pulang setelah berpamitan pada teman-temannya.
***
Nevskia mampir ke toko langganannya untuk membeli air kelapa dan  sekaligus menenggaknya di situ.
***
20.


Malam di kosan Nevskia, Nevskia duduk termenung di kamarnya, di tangannya memagang hand phone yang terhubung dengan facebooknya, duduk bersila memebelakangi komputernya, yang layarnya menunjukkan lembaran-lembaran putih jurnal Nevskia, berisi tentang penelitian-penelitian kejunya, yang baru diabacanya, dalam bentuk e-book pdf, kepalanya menunduk mengamati hand phonenya meskipun pikirannya tidak benar-benar pada hand phone tersebut, ia memikirkan apa yang kira-kira akan ditanyakan pak James besok ketika ia menghadap pak James membahas proposalnya. 
"Ah, biarlah, biarlah besok yang terjadi-terjadilah, yang penting aku sudah menyalin proposalnya Ige, proposal terbaik menurutku yang pernah aku baca, aku cuma tinggal mengganti tanggalnya dan keterangan tempatnya saja, sehingga kondisinya masih baik, dan besok aku tidak usah khawatir..."kata Nevskia merebahkan badannya di kasurnya sambil mengamati facebooknya di hand phonenya. 
"Nah, tapi aku perlu belajar sekarang untuk menyiapkan jawaban-jawaban besok dan mengedit beberapa bagian isi dari proposal..." Nevskia bangkit lagi menghadap komputernya.
"Tujuan penulisan esai ini adalah untuk membantu menyelamatkan tanaman-tanaman kacang masyarakat Namibia. Kacang tersebut, sudah diproduksi oleh mereka, tetapi mereka belum bisa memanfaatkan secara optimal, lagi pula mereka masih kekurangan gizi, pemasakan atau proses pengolahan yang dilakukan oleh mereka masih bersifat sederhana, sehingga hasilnya pun tidak bertahan lama. Fermentasi kacang akan meningkatkan kandungan gizi pada kacang tersebut selain itu, kacang yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut rasanya juga lebih enak, dan itu tentu akan membantu masyarakat Namibiba...” kata Nevskia membaca bagian isinya keras-keras.
Nevskia ke luar dari rungannya, mengambil kopi kemudian kembali lagi ke ruangannya.
"Jam 11 pm," kata Nevskia, sambil mengamati jam di pojok kanan bawah layar komputernya.
"Bagaimana besok pertumbuhan bakteriku!" kata Nevskia merebahkan badannya di ranjangnya, menatap langit-langit.
"Ah, sudahlah tak apa, yang panting tadi aku sudah belajar," kata Nevskia bangkit tiduran di kasurnya.
"Oke, mari kita belajar tentang keju lagi...” kata Nevskia, “Tapi hah, capainya...!" kata Nevskia merebahkan lagi badannya di kasurnya, ia mengamati hand phonenya, "Apa yang sedang dilakukan teman-temanku di facebook ya, " kata Nevskia menaik-turunkan tombol hand phonenya, lalu mulai tersenyum-senyum membaca facebook tersebut, “Membaca facebook bagiku, aku merasa terhubung dengan teman-temanku, sehingga aku tidak merasa menjadi alien di labku, yang hanya bertemu dengan dinding putih lab, jurnal-jurnal yang berwarna putih, dan jas-jas lab yang berwarna putih juga, huah...!” kata Nevskia menguap, sambil menepuk-nepuk halus bibirnya menutupi menguapnya tersebut, "Eh, tapi kemarin si Neapo beneran nggak ya, ah tau deh...!" kata Nevskia teringat sejenak si Neapo, lalu kembali mengamati posting-posting di facebooknya, lalu tertidur.
***
Nevskia menaiki tangga yang menghubungkan dengan ruangan pak James dengan hati-hati, ia gosok-gsokkan tangannya yang mengenakan sarung tangan sambil meniupi tangannya tersebut. Ia bolak-balik menoleh ke bawah dan ke atas, karena merasa kalau ada yang mengikutinya atau mengantisipasi kalau pak James tiba-tiba turun. Pagi membeku, Nevskia berpikir kenapa ada profesor yang sepagi ini sudah stand by di kampus. Apa tidak ada pekerjaan lain. Tapi tak apa Nevskia menikmati musim dingin di pagi hari.
Pak James adalah orang yang terkenal di kampusnya, terkenal seperti apa? Ia sudah telat kemarin pagi, dan ia dicuekin. Itu menakutkan. Dan bagaimana kalau pak James tidak mau meneriam dia. Dan wajah pak James benar menakutkan.
"Pagi Pak," Nevskia membuka gagang pintu ruangan pintu pak James.
"Ya, pagi!" Pak James melirik Nevskia dari kaca matanya yang melorot, lalu kembali melanjutkan membacanya, gayanya angkuh dan anggun, kaki kanannya ia naikkan ke atas kaki kirinya.
Nevskia berdiri tegak di depan pak James, berdebar-debar sambil menunggu aba-aba atau perintah dari pak James,
"Silakan duduk..!" kata pak James tanpa mengamati Nevskia.
Nevskia menarik kursi yang ada di depan pak James dan bersiap-siap untuk duduk,
"Jadi kamu yang bernama Nevskia..?" tanya pak James lagi, sambil tetap mengamati bacaannya.
Nevskia terlonjak kaget, pagi yang dingin menjadi semakin dingin dengan hatinya yang berdebar-debar "Iya Pak," Nevskia tidak jadi duduk,
"Ya udah silahkan duduk,"
Nevskia duduk dengan perlahan-lahan di depan pak James.
"Kamu berasal dari Indonesia ya..?" tanya pak James lagi masih mengamati bacaannya.
"Iya Pak," kata Nevskia mengamati pak James.
"Yang dapat beasiswa itu ya.." tanya Pak James lagi masih mengamati buku bacaannya.
"Iya pak..." kata Nevskia ragu-ragu menjawab pertanyaan pak James, profesor yang ada di depannya, berkaca mata tersebut, cukup tegas dan wibawa kenapa ia bertanya-tanya seperti itu.
Pak James mengamati Nevskia sejenak, lalu merapikan bahan bacaannya "Kenapa kamu telat kemarin?" tanya pak James.
"Saya berangkat..."
"Esai-mu tentang apa?" tanya pak James sambil melatakkan  bahan bacaannya, lalu mengambil draft proposal Nevskia, "Tentang Fermentasi kacang di daerah Namibia ya?" tanya pak James setelah membaca judul proposal Nevskia, "Ini kamu nulis apa ini seperti ini, masa nulis pendahuluan seperti ini...?" tanya pak James sambil menunjuk-nunjuk proposal Nevskia yang telah dicoret-coret olehnya, menggunakan pensil diberi garis bawah dan tanda tanya pada beberapa bagian.
"Kamu menulis pendahuluan untuk esai yang berjudul Fermentasi kacang untuk negara Namibia tapi tulisanmu melebar kemana-mana, sampai membahas fermentasi susu, manfaat fermentasi susu, bakteri yang bersifat racun pada fermentasi susu, tidak usah, tidak usah melebar seperti itu... cukup langsung kamu menulis  fermentasi kacang, bakteri-bakteri yang berpengaruh pada fermentasi kacang, dan manfaat fermentasi kacang dan sebagainya, cari di jurnal-jurnal pendukung itu!" kata  pak James menunjuk salah satu coretan pada proposal Nevskia.
 "Dan ini kamu kenapa membahas produksi kacang di berbagai negara, jangan terlalu luas, kamu cari produk kacang yang dihasilkan daerah Namibia, bagaimana mereka memanfaatkannya selama ini, dan alternatif apa yang kamu tawarkan untuk proses pengolahan kacang tersebut, jangan terlalu luas... dan ini nulis apalagi nih, kacau, sana perbaiki dulu sana, kacau..!"
Pak James mengembalikan proposal Nevskia, sambil menyingkir-nyingkirkan proposal tersebut seperti anak kecil.
Nevskia kaget, namun untuk selanjutnya ia tersenyum, merasa bodoh dengan apa yang telah ditulisnya, lalu berdiri mengambil proposal tersebut, "Baik Pak, akan saya perbaiki dulu.." kata Nevskia tersenyum geli.
"Ya, ya, sana perbaiki dulu..!" kata pak James sambil merapikan barang-barang yang ada di atas permukaan mejanya.
Nevskia tersnyum mengamati pak James, "Baik Pak, permisi..!" kata Nevskia membungkukkan badannya, lalu permisi keluar setelahnya.
Sesampainya di depan pintu pak James yang sudah tertutup, Nevskia tersenyum mengamati proposalnya, "Pantesan terkenal, orang teliti seperti ini...!" kata Nevskia mengamati propoalnya, lalu tersenyum geli.
***
Jam tujuh pagi memasukai laboratoriumnya, setelah menyempatkan diri sholat dhuha di sebelah raknya dengan beralaskan kerdus. Laboratorium masih sepi. Nevskia mengenakan maskernya dan mengenakan sarung tangannya, merapikan mejanya, menyermprot mejanya dan tangannya dengan alkohol, mengelapnya, kemudian meletakan petri dish-petri dish yang berisi bakteri yang ditumbuhkannya, di mejanya. Nevskia membuka satu persatu kertas pembungkus petri dish tersebut kemudian mengamati bakterinya. Tidak ada bakterinya satu pun yang tumbuh. Semua permukaan medium agar tersebut kasar. 
Nevskia menghela napas kemudian termenung di sebelah mejanya, Nevskia melepaskan maskernya dan sarung tangan karetnya lalu dimasukkan ke dalam tasnya, lalu diam-diam kabur keluar sebelum ada yang mengetahuinya "Lebih baik aku pulang sekarang," kata Nevskia kabur sambil tersenyum. 
*** 
21.

"Halo..Nevskia, mau kemana, kamu dicariin prof Miller tuh, besok beliau ada meeting katanya jadi kamu disuruh menghadap sekarang! Besok ayo  ikut, kita mau jalan-jalan!" kata Neapo yang berjalan berlawanan arah dengan Nevskia, yang memergoki Nevskia kabur, yang sedang berjalan menuju sepedanya, berjalan sendirian sambil menggosok-gosokkan tangannya, mengenakan sweater biru, celana putih, sepatu kets putih, jilbab hitam dan topi off white. Meskipun ia sudah berjalan di lapangan menghindari jalan utama yang biasa dipakai untuk lalu lintas anak-anak lab. Ia bertemu dengan Neapo.
"Oia, aku menemukan potongan kejumu di ruang bahan kimia, kamu penelitian pakai keju, kejumu diapain sebagai bahan medium ya? Atau digunakan sebagai sumber starter?" tanya Neapo.
“Oia, besok kamu ikut kita ya jalan-jalan!” kata Neapo tersenyum.
"Jalan-jalan kemana?" setelah beberapa saat Nevskia tersenyum, tidak tahu harus menjawab apa dengan berondongan pertanyaan Neapo. Diselingi juga ia melamun, upaya melarikan dirinya gagal, ketahuan  cowok yang mengenakan hoodie warna merah dan celana jeans yang juga berwarna putih, badannya agak kurus, tinggi tegap, yang bahunya hampir setinggi kepala Nevskia, memiliki kulit putih, dan rambutnya pirang cepak ke atas, menggendong tas ranselnya, sambil membawa kotak es terbuat dari styrofoam untuk menyimpan DNA-nya.
"Jalan-jalan mengelilingi Wageningen, kamu ikut ya!" kata Neapo.
Neapo tersenyum pada Nevskia lalu melanjutkan perjalanannya. 
"Aku harus ketemu pak James besok, aku nggak bisa ikut!" teriak Nevskia.
"Ikut saja!" kata Neapo sambil melambaikan tangannya berjalan menjauhi Nevskia tanpa membalikkan badannya.
Nevskia bengong memandangi Neapo.
***
 Nevskia kembali ke laboratoriumnya, sepanjang perjalanan dia berpikir, "Kejunya untuk apa, sebagai bahan kimia atau sebagai starter? Kalau sebagai bahan kimia maka benar disteril, tapi kalau sebagai sumber bakteri masa ia disteril?" Nevskia berjalan menuju laboratoriumnya.
***
"Gimana, gimana penelitiannya Nevskia?" tanya profesor Miller mendekati Nevskia sambil tersenyum. Nevskia menyiapkan petri dishnya kemudian menyerahkannya kepada profesor Miller. Profesor Miller mengamati Petri dish tersebut dengan menerawangnya di bawah cahaya lampu atau cahaya jendela, "Iya, ya, nggak tumbuh ya..?" kata profesor Miller setelah membolak-balikan petri dish Nevskia dan mendapati permukaan medium tersebut kasar tidak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan bakteri. Profesor Miller mengambil petri dish yang lain, mengamatinya kemudian meletakkannya, Profesor Miller mengambil yang lain lagi.
"Sebenarnya saya sudah tahu penyebabnya Prof," kata Nevskia tercekat, sambil menunduk.
"Apa penyebabnya Nevskia?" tanya profesor James masih tersenyum tapi menatap Nevskia dengan serius.
"Penyebabnya adalah karena saya ikut mensteril keju tersebut bersama medium yang lain, kalau disteril tentu saja bakterinya tidak tumbuh, seharusnya aku tidak mensteril keju tersebut..!"
Professor Miller mencerna perkataan Nevskia sebentar, lalu "Oh, jadi itu penyebabnya. Oke, oke, silakan lanjutkan!" kata profesor Miller kepada Nevskia, lalu berpamitan mohon diri.
Nevskia tersenyum, "Akhirnya hari ini aku nggak jadi pulang!"
"Aku akan bikin medium."
"Aku akan nuang medium."
"Aku akan menumbuhkan bakteri."
"Aku akan mendetoks peralatanku!"
"Dan aku akan steril alat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar