16.
Ige lewat di samping Nevskia,
membawa erlenmeyer.
Valens, masuk lab setelah terdengar dari percakapannya ia baru saja
konsultasi dengan dokter Lienna.
Nevskia duduk diam di mejanya. Mengamati
erlenmeyernya yang berisi minimal medium cari dan potongan keju yang sudah
digojognya selama tiga hari. Ia hendak mengambil larutan tersebut untuk
ditunuangkan di ptri dish atau hendak menumbuhkan bakteri yang ada di
erlenmeyer tersebut, ka;au ada, untuk dipindahkan di petri dish di minimla
medium agar. Tapi ia mengamati erlenmeyer tersebut sambil serius berpikir tadi
malam Neapo beneran atau bukan.
“Seharusnya
jika kau sudah digojog tiga hari tiga malam dan dikasih nutris kau tumbuh,tapi
kenapa kau tidak tumbuh?”
“Nevskia.!” panggil Aguse.
“Pak James ada, Nevskia?”
“Pak James di ruangannya, lah!”
“Kamu galak banget, Nevskia!”
“Bakteriku gagal tumbuh!” kata Nevskia.
“Proposal kamu sama Pak James
udah selesai urusannya, Nevskia?”
“Belum!”
“Kamu galak kenapa, Nevskia?”
“Bakteriku nggak tumbuh, dibilangin
juga!” bentak Nevskia mengamati Aguse.
“Matamu menghitam!” kata Aguse
sambil menunjuk mata Nevskia, kaget.
"Ini
karena aku baca jurnal semalaman, menatap komputer, mencari tahu apa sebenarnya
penyebab bakteriku tidak tumbuh!"
"Emang
bakterimu belum tumbuh beneran Nevskia?" tanya Aguse.
"Belum,"
kata Nevskia berjalan cepat meninggalkan Aguse.
Aguse mengamati
Nevskia sambil tersenyum.
Nevskia menerima segelas kopi kapucino dan langsung menenggak setengah isi
kopi kapucino tersebut
sebagai ungkapan perasaannya. Nevskia
duduk tegak di kursinya sambil tangan kirinya memegang ujung-ujung
lembaran jurnal sebelah kiri, pandangan matanya lurus ke depannya, sedangkan
rahangnya sekali-sekali mengeras memikirkan apa sebabnya penyebab bakterinya
tidak tumbuh.
Nevskia yang
mengenakan celana hitam, sweater hangat hitam, dan syal biru tua tebal yang
melilit lehernya, dan jilbab hitam yang ia kenakan menyerupai topi,
tersenyum mengamati tingkah mereka, “See, mereka di sini
mengawasiku jadi aku bisa refreshing jika aku duduk di sini..!”
Nevskia
keluar dari restauran Futurum masih pede dengan sandal jepitnya buru-buru berjalan menuju
labnya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya, ia tidak mau
ketinggalan moment dan kesukaannya di lab gara-gara Neapo.
Nevskia
segera mengenakan jas labnya, maskernya, kemudian sarung tangannya,
menyemprotkan alkohol kemeja dan ketangannya, membersihkannya, mengeluarkan
petri dish yang kemarin ia siapkan kemudian ia beri kode dari n1r1 hingga n3r3
dan tanggal, menyalakan pembakar bunsennya, kemudian segera mengambil setiap
larutan yang ada di erlenmeyer dengan menggunakan mikropipetnya, ia teteskan ke
dalam akuades streril, ia vortex, kemudian ia ambil lagi setengah ยตl, ia masukkan ke tabung reaksi yang baru,
ia vortex, kemudian ia ambil lagi dengan menggunakan mikropipet ia masukkan ke
dalam akuades steril, begitu hingga tiga kali, kemudian ia ambil hasil terakhir
dengan menggunakan mikropipet ia tuangkan ke petri dish berisi minimal medium
agar yang ia siapkan kemarin. Nevskia melakukannya hingga 27 ulangan.
Nevskia
menyegel masing-masing petri dish tersebut dengan plastik wrap, kemudian ia
membungkusnya dengan kertas, lalu membungkusnya dengan kantong plastik, ia
letakkan di raknya yang bertuliskan Nevskia.
Nevskia
melepaskan tip terakhir yang menempel pada mikropipetnya, mengumpulkannya
menjadi satu kemudian membungkusnya dengan plastik, menutup pembakar bunsen
untuk mematikan apinya, merapikan tabung reaksi sisa akuades steril kemudian ia
masukkan ke dalam embernya, mengelap mejanya, mengembalikan peralatan ke tempat
semula, mengembalikan erlenmeyer ke mesin penggojong.
Nevskia
lalu membawa tabung reaksi dan sisa perlengakapan lain ke depan kompor,
mendetoksnya, kemudian mencucinya. Selesai mencuci peralatannya Nevskia
mencuci tangannya dengan sabun di wastafel, kemudian melepas sarung
tangangnnya.
Nevskia
berdiri di depan salah satu kaca jendela, melihat bayangnnya yang samar-samar
sambil melepas maskernya.
***
17.
Di atas rumput di depan gedung
Biotechnion, Nevskia lari meninggalkan labnya lagi, refreshing sambil
menemui teman-teman satu gengnya teman-temannya dari Indonesia, yang berdiri
dan berkumpul-kumpul membentuk lingkaran, mereka mengenakan jaket tebal-tebal
dan suara triuh rendah terdengar dari mereka. Mereka datang senganja untuk
menemui Nevskia, mengucapkan selamat atas masuknya Nevskia ke
laboratorium dan yang paling utamanya adalah mereka bisa ngerjain Nevskia.
“Kalian nyambut aku, ya?” tanya Nevskia.
“Yee..siapa yang nyambut Nevskia?”
kata Pyleni tertawa.
“Ah pura – pura, pasti tadi kalian nyambut aku, ya kan?”
“Ih, siapa yang pura – pura?! Lo
geer deh!” kata Amine.
Lalu kelompok yang terdiri atas Myristi, Betaine, Aguse, Nitia, Alie, Eksan, dan Pyleni itu pun ikut menertawakan Nevskia,
mulai dari yang senyum-senyum sampai jujur tertawa ngakak.
“Hum..!” kata Nevskia ngambek.
“Ha..ha.. Nevskia ngambek!” kata Aguse.
Lalu mereka tertawa lagi.
Nevskia
diam.
Semua hening.
“Gimana nge-labmu, Nevskia?” tanya Amine.
“Bakterinya nggak tumbuh ha..ha..!”
kata Eksan.
Dan mereka
menertawakan Nevskia lagi
tertawa lagi.
“Makanya tadi Nevskia di Lab galau ha..ha..!” kata Aguse.
"Liat aja matanya sampai menghitam gitu!"
Semua
tertawa menertawakan Nevskia.
Nevskia
diam.
“Heh, heh, Nevskia ngambek heh!” kata Betaine, pura-pura simpati.
Nevskia
diam.
Mereka diam.
“Semua penelitian kalau yang
nglakuin Nevskia gagal ha..ha..!”
kata Aguse lagi.
Dan mereka
ikut tertawa, menertawakan Nevskia lagi.
Nevskia
diam.
Nevskia
melihat Neapo cuci tangan di watafel
di balik kaca jendela Lab.
“Heh, Nevskia mau nangis heh, diem-diem..!” kata Betaine.
“Heh, biarin aja mau nangis Nevskia
kan mainannya kita, ha..ha..!” kata Myristi.
“Hum..!”
kata Nevskia ngambek, memanyunkan
bibirnya.
Mereka
tertawa menertawakan Nevskia
lagi.
“Kalian mau kemana?” tanya Nevskia serius.
“Makan!” jawab Amine.
“Nggak ding, bohong, kita mau kuliah!” kata Myristi.
“Ntar kalau mau makan, aku diajak
ya!” pinta Nevskia.
“Nggak mau..!” kata Aguse.
“Hum..”
kata Nevskia ngambek.
"Nggak usah, Nevskia nggak usah
diajak..!"
"Hum..."
“Ya..” kata Myristi.
Nevskia
tertawa.
"Ya Nevs..." kata
teman-teman Nevskia kompak mengajak Nevskia.
***
18.
“Nevskia..”
panggil Arho.
"Wah, matamu menghitam,
kenapa?"
Nevskia diam tak mendengarkan Arho bahkan ia
terus berjalan.
“Ini roti keju, Nevskia!” kata Arho.
“Roti,” kata Nevskia tidak bernafsu, sambil melirik potongan keju yang berada di
tangannya Arho.
“Ini roti keju, ini rotinya ini
kejunya!” kata Arho mengeluarkan roti dari tangan kirinya.
“Wua kamu curang..!” teriak Nevskia tertawa.
Arho tersenyum.
Nevskia membuka
kertas – kertas pembukus petri dishnya kemudian mencatat pertumbuhan bakteri
yang ada di permukaannya, kosong, tidak ada bakteri yang tumbuh di hari
pertamanya. Nevskia meletaknan kembali petri dish tersebut sambil menghela
napas lemah, kemudian melanjutkan mencatat hasil penelitian petri dish-petri
dish yang lain.
Nevskia masih duduk di mejanya, mengamati log
book-nya. Lab ramai hari siang seperti ini banyak orang nge-lab menyelesaikan
penelitiannya. Nevskia masih memikirkan hal apa yang akan ia kerjakan
hari ini dan memikirkan bagaimana caranya membalas dendam Neapo. Nevskia
mencatati 1. pinjam petri dish pada laboran. 2, kemudian Nevskia
memandangi lagi log book-nya.
Nevskia
berdiri kemudian mendatangi raungan bagian penyedian glaswsare, “Dorothy,
bolehkah aku meminjam petri dish lagi sebanyak 30 buah?" tanya Nevskia.
“Untuk apa kau meminjam petri dish sebanyak itu Nevskia?” tanya Dorothy
sambil menyiapkan petri dish yang akan digunakan Nevskia. “Kupikir aku
akan mengulang penelitianku lagi Dorothy, jika bakteriku tidak tumbuh
jika aku harus mengulang maka besok aku sudah menyiapkan mediumnya...” kata Nevskia sambil mengamati Dorothy.
"Dengar Nevskia, kupikir
kau akan membuang-buang waktau kalau kau akan menyiapkan 30 petri dish lagi,
dan seterusnya. Lebih baik kau cari dulu penyebabnya bakterimu tidak tumbuh,
atau kau bisa tanyakan kepada Profesor Miller penyebabnya?" Dorothy
mengamati Nevskia setelah meletakan tiga keping petri dih yang ada
disampinya.
"Begitukah Dorothy, aku
harus menemui Profesor Miller?" tanya Nevskia antusias.
Selama ini tak pernah terpikirkan olehnya bertanya kepada profesor Miller
atau kalaupun terpikirkan ia ragu apakah ia bisa menanyakannya atau tidak.
"Baiklah Dorothy, aku
akan menanyakannya terlebih dahulu!" kata Nevskia samvbil menunjuk
ke arah ruanggannya profesor Miller, Dorothy tersenyum kemudian
menganggunggakan kepalanya.
Nevskia meninggalkan tiga keping
petri dishnya di meja Dorotyhy sambil tersenyum penuh semangat.
Pikirannya senang karena akhirnya ia mendapat bantuan atau pencerahan setelah
mengobrol dengan Dorothy. "Akan sangat menyenangkan kalau aku
bisa berkomunikasi dengan profesor Miller!"
“Nevskio!”
kata Alise, lagi.
“Hei So..!” kata Nevskia, “Aku
suka film ‘How to Train Your Dragon’-nya!” kata Nevskia tertawa.
“Iya, bagus kan Nev, apalagi 3D-nya, bagus..!” kata Alise.
“Aku suka adegan terbangnya
Hiccup dengan dragonnya, aku suka nama dragonnya Hiccup, Toothless, aku suka
gaya jinaknya Toohtless, keren, hitam, bisa nyemburin api warnanya biru..”
“Iya, ya Nev, dia tuh, abis dipelihara, jadi jinak ya..?” kata Alise, tersenyum.
Nevskia
tersenyum.
Nevskia menjatuhkan kepalanya di meja.
“Kenapa Nevskio?”
“Bakteriku nggak tumbuh..” kata Nevskia, masih sambil meletakkan kepalanya
di meja.
“Oh..” kata Alise, sambil memegangi jurnalnya Nevskia.
“Sebenarnya Nevskia..” kata Alise
sambil meletakkan jurnalnya Nevskia.
"Aku mau menemui Profesor
Miller dulu..!“ kata Nevskia melambaikan tangannya berlari
meninggalkan Alise, "Tidak, sebenarnya aku mau makan siang dulu ya
hehe..!” kata Nevskia ceria sambil
berlari.
Nevskia lari
ke luar.
“Lah, Nevskia itu Profesor Miller..!” kata Alise melihat profesor Miller, sementara Nevskia lari
ke arah lain.
Nevskia
tidak menoleh.
“Dasar Nevskia..!” kata Neapo,
sambil mengamati Nevskia
Ige
memandangi Nevskia, sambil membawa
Erlenmeyer.
Arho
mendekat, mereka mengamati Nevskia.
“Ada apa, ya..?” tanya mba Valens, ikut memandangi Nevskia. Nevskia memegangi jurnalnya, bergabung bersama Myristi, Betaine, Aguse, Nitia, Alie, Eksan, Amine, dan Pyleni sambil
tertawa – tawa.
***
19.
Selesai
makan Nevskia berjalan cepat ke ruangan profesor Miller. Pinggang
Nevskia menabrak sudut meja, dan ia hanya marah-marah saat Zako,
adik angakatannya dari Jepang berjalan mendahuluinya mengambil spotnya untuk
berkonsultasi dengan profesor Miller, “Sory, aku dulu Nevskia?!”
kata Zako tersenyum sambil membawa dua halaman kertas di tangannya.
“Hei, kau,
huh dasar..!” tuding Nevskia.
Zako
hanya tersenyum
Dokter Lienna
yang ada di situ tersenyum.
“Hei, halo, Nevskia!”
kata Neapo yang menghindarkan erlenmeyernya dari benturan badan Nevskia.
“Oh, Neapo,”
kata Nevskia tersenyum.
Nevskia lalu
mengamati punggung Neapo, cowok setinggi 180 cm berambut ikal, panjang,
pirang mirip Josh Gorban, tapi lebih seksi, lebih suka mengikat rambutnya
di belakang, menggulung lengannya, dan suka serius membaca jurnal sambil
sesekali berdiskusi atau membantu temannya, sambil tersenyum, "Neapo
hantu,"
Nevskia
lalu berlari menuju ruangan profesor Miller saat Zako keluar.
"Awas
kau!" kata Nevskia saat berpapasan dengan Zako.
"Sory
Nevskia,..!" kata Zako kabur, sambil mengamati Nevskia.
“Profesor Miller, apa Anda masih punya waktu
sedikit?”
“Ya, Nevs?"
"Oh,
ya, Profesor, apa yang harus aku lakukan, bakteriku tidak mau tumbuh?"
"Oh ya,
kamu yakin bahan-bahan yang kamu gunakan sudah kamu masukan semua ?!" kata
pprofesor Miller mengamati Nevskia.
"Sudah
Profesor!"
Profesor Miller
mengamati Nevskia. "Kamu tidak menggunakan air yang salah kan, air yang
mengandung klorin tinggi misalnya..?" tanya Profesor.
"Tidak
Prof, saya menggunakan akuades,"
"Kalau
tidak, seharusnya tidak ada masalah. Kamu tidak lupa memasukkan antibiotik atau
sesuatu bahan yang lain yang mengahmbat atau mematikan bakteri kan ..?"
"Tidak
Prof, seingat saya bahan-bahan yang saya gunakan hanya K2HPO4, MgSO4, NaCl, FeSO4,
MnSO4, dan CaCO3, dan tidak ada antibiotik di antara bahan-bahan
tersebut."
"Kau
sudah mengulangnya?"
"Sudah
Prof, ini ulangan yang kedua dan hari ini saya melakukan pengamatan yang
pertama."
"Apa
penyebabnya ya," kata profesor sambil berpikir. "Oke besok jam 10
saya akan menemanimu di lab, membicarakan masalah apa yang terjadi. Tapi
sekarang, kamu tetap melakukan pengamatan, 14 hari. Tapi kamu juga cari
informasi ke jurnal-jurnal dari bahan-bahan yang kamu gunakan ada yang bereaksi
dengan bahan-bahan penyusun keju dan bersifat toksik atau tidak?"
"Prof. Miller
tau aja kalau aku sudah melakukan pengamatan hingga hrai ke sembilan dan nggak
tumbuh, dan menyuruh mengulanginya mengamati sampai hari ke tujuh pada
percobaan kedua. Ya iyalah tahu, namanya aja profesor kalau nggak tahu
nggak bakalan sampai jenjang profesor," kata Nevskia ngikik dalam
hati,
"Paham Nevskia?"
"Masuk
akal, baik Prof,"
Nevskia
tersenyum lalu meninggalkan ruangan profesor Miller.
***
"Dorothy
kurasa aku tetap pinjem petri dishmu," kata Nevskia mendekati Dorothy.
"Jadi apa keputusanmu setelah mengahdap Profesor Miller?"
tanya Dorothy, ibu paruh baya yang mengenakan jas lab putih, mengenakan
kulot pendek wana krem, berkaca mata, berbadan sedang, berambut pirang dan
penuh perhatian itu mengamati Nevksia. "Saya harus mengulang percobaan
saya, tapi saya tahu penyebabnya. Mungkin itu diakibatkan karena terjadi reaksi
kimia antar bahan dan senyawa pada fermentasi kejunya!"
"Oh,
baiklah kalau begitu semoga berhasil. Silahkan tanda tangan di sini dan di
sini!" kata Dorothy menyerahkan dua carik kertas kepada Nevskia.
Dorothy
lalu menyerahkan setumpuk petri dish pada Nevskia.
Nevskia
tersenyum dan membawa tumpukan petri dish tersebut ke mejanya.
"Siapa
yang nimbang medium, aku ngantri ya!"
Nevskia
berdiri menyender di mejanya, mengamati log book-nya. Jadi yang harus kulakukan
hari in adalah 1. menimbang bahan kimia, 2.steril medium, 3.mencatat hasil
pengamanat bakteri, 4.nungguin bakteri, 5.detoks alat-alat, 6.steril alat, 7.
nyiapin akuades.
"Nevskia,
udah tuh nimbangnya!" kata Yersi meninggalkan ruang bahan kimia sambil
membawa erlenmeyernya.
Nevskia
mengamati Yersi kemudian tersernyum. Kemudian mengambil erlenmeyernya,
ia isi dengan akuades steril, kemudian menimbang bahan-bahan kimianya di ruang
bahan kimia. Sambil mengaduknya larutan bahan kimia tersebut dengan mesin
stirer, Nevskia mengamati dan membaca masing-masing komposisi pada kemasan
bahan-bahan kimianya, barangkali ada bahan kimia dapat beraksi dengan bahan
kimia lain dan dapat menghambat atau membunuh bakteri, tetapi tidak mendapati
sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tersebut.
Nevskia
meninggalkan erlenmeyer tersebut ke autoklaf kemudian berjalan menuju mejanya, Nevskia
merapikan mejanya dan tidak mendapati banyak tabung reaksi atau erlenmeyer yang
perlu didetoks. Nevskia menunduk di bawah mejanya mengecek akuadesnya
dan tersisa 14 tabung reaksi yang bisa ia gunakan untuk penelitian berikutnya.
Nevskia kembali berdiri, dan mencoreti daftar 1. menimbang bahan kimia,
2.steril medium, 5.detoks alat-alat, 6.steril alat, 7. nyiapin akuades,
"Jadi aku nggak perlus detoks alat dan steril akuades," katanya.
Nevskia
mengambil petri dish yang digunakan untuk menumbuhkan bakterinya di raknya.
Mengamatinya dan mencatat hasilnya di log book-bya, "Nggak ada hasilnya,
"kata Nevskia, "Permukaan medium ini benar-benar kasar, tidak
ada satupun koloni yang tumbuh di atasnya," kata Nevskia
menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu meletakan petri dishnya, satu-persatu.
Nevskia mencoret daftar 3. mencatat pertumbuhan bakteri.
"Kamu
sterilnya udah Nevskia?" tanya Yersi dari depan autoklaf. Nevskia
mendekati dan membantu Yersi menutup autoklaf tersebut, "Udah Yers,"
Nevskia
duduk lagi sambil nungguin steril mediumnya. Mengamat-amati petridisnya sambil
tersenyum padanya sambil mengajaknya ngobrol. Mengelapi permukaan luar petri dish
tersebut dengan tisunya. Membersihkan setiap ada noda atau goresan di luar
permukaan petri dish. Lalu menggantu segel plastik wrap yang sudah rusak.
Membungkusnya kembali petri dish-petris dish tersebut dengan baik dan benar dan
dengan hati-hati, lalu dengan hati-hati ia mengembalikannya ke raknya.
Nevskia mengangkati steril mediumnya dari autoklaf, meletakannya di meja,
lalu pulang setelah berpamitan pada teman-temannya.
***
Nevskia
mampir ke toko langganannya untuk membeli air kelapa dan sekaligus menenggaknya
di situ.
***
20.
20.
Malam di
kosan Nevskia, Nevskia duduk
termenung di kamarnya, di tangannya memagang hand phone yang terhubung dengan
facebooknya, duduk bersila memebelakangi komputernya, yang layarnya menunjukkan
lembaran-lembaran putih jurnal Nevskia,
berisi tentang penelitian-penelitian kejunya, yang baru diabacanya, dalam
bentuk e-book pdf, kepalanya menunduk mengamati hand phonenya meskipun
pikirannya tidak benar-benar pada hand phone tersebut, ia memikirkan apa yang
kira-kira akan ditanyakan pak James
besok ketika ia menghadap pak James
membahas proposalnya.
"Ah,
biarlah, biarlah besok yang terjadi-terjadilah, yang penting aku sudah menyalin
proposalnya Ige, proposal terbaik menurutku yang pernah aku baca, aku cuma
tinggal mengganti tanggalnya dan keterangan tempatnya saja, sehingga kondisinya
masih baik, dan besok aku tidak usah khawatir..."kata Nevskia merebahkan badannya di kasurnya sambil mengamati facebooknya
di hand phonenya.
"Nah,
tapi aku perlu belajar sekarang untuk menyiapkan jawaban-jawaban besok dan mengedit
beberapa bagian isi dari proposal..." Nevskia
bangkit lagi menghadap komputernya.
"Tujuan
penulisan esai ini adalah untuk membantu menyelamatkan tanaman-tanaman
kacang masyarakat Namibia. Kacang tersebut, sudah diproduksi oleh mereka,
tetapi mereka belum bisa memanfaatkan secara optimal, lagi pula mereka masih
kekurangan gizi, pemasakan atau proses pengolahan yang dilakukan oleh mereka masih
bersifat sederhana, sehingga hasilnya pun tidak bertahan lama. Fermentasi
kacang akan meningkatkan kandungan gizi pada kacang tersebut selain itu, kacang
yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut rasanya juga lebih enak, dan
itu tentu akan membantu masyarakat Namibiba...” kata Nevskia membaca bagian isinya keras-keras.
Nevskia ke luar dari rungannya, mengambil
kopi kemudian kembali lagi ke ruangannya.
"Jam 11
pm," kata Nevskia, sambil mengamati
jam di pojok kanan bawah layar komputernya.
"Bagaimana
besok pertumbuhan bakteriku!" kata Nevskia
merebahkan badannya di ranjangnya, menatap langit-langit.
"Ah,
sudahlah tak apa, yang panting tadi aku sudah belajar," kata Nevskia bangkit tiduran di kasurnya.
"Oke,
mari kita belajar tentang keju lagi...” kata Nevskia, “Tapi hah, capainya...!" kata Nevskia merebahkan lagi badannya di kasurnya, ia mengamati hand
phonenya, "Apa yang sedang dilakukan teman-temanku di facebook ya, "
kata Nevskia menaik-turunkan tombol
hand phonenya, lalu mulai tersenyum-senyum membaca facebook tersebut, “Membaca
facebook bagiku, aku merasa terhubung dengan teman-temanku, sehingga aku tidak merasa
menjadi alien di labku, yang hanya bertemu dengan dinding putih lab,
jurnal-jurnal yang berwarna putih, dan jas-jas lab yang berwarna putih juga,
huah...!” kata Nevskia menguap,
sambil menepuk-nepuk halus bibirnya menutupi menguapnya tersebut, "Eh,
tapi kemarin si Neapo beneran nggak
ya, ah tau deh...!" kata Nevskia
teringat sejenak si Neapo, lalu kembali
mengamati posting-posting di facebooknya, lalu tertidur.
***
Nevskia menaiki tangga yang menghubungkan
dengan ruangan pak James dengan
hati-hati, ia gosok-gsokkan tangannya yang mengenakan sarung tangan sambil
meniupi tangannya tersebut. Ia bolak-balik menoleh ke bawah dan ke atas, karena
merasa kalau ada yang mengikutinya atau mengantisipasi kalau pak James tiba-tiba turun. Pagi membeku, Nevskia berpikir kenapa ada profesor
yang sepagi ini sudah stand by di kampus. Apa tidak ada pekerjaan lain. Tapi
tak apa Nevskia menikmati musim
dingin di pagi hari.
Pak James adalah orang yang terkenal di
kampusnya, terkenal seperti apa? Ia sudah telat kemarin pagi, dan ia dicuekin.
Itu menakutkan. Dan bagaimana kalau pak James
tidak mau meneriam dia. Dan wajah pak James
benar menakutkan.
"Pagi
Pak," Nevskia membuka gagang
pintu ruangan pintu pak James.
"Ya,
pagi!" Pak James melirik Nevskia dari kaca matanya yang melorot,
lalu kembali melanjutkan membacanya, gayanya angkuh dan anggun, kaki kanannya
ia naikkan ke atas kaki kirinya.
Nevskia berdiri tegak di depan pak James, berdebar-debar sambil menunggu
aba-aba atau perintah dari pak James,
"Silakan
duduk..!" kata pak James tanpa
mengamati Nevskia.
Nevskia menarik kursi yang ada di depan
pak James dan bersiap-siap untuk
duduk,
"Jadi
kamu yang bernama Nevskia..?"
tanya pak James lagi, sambil tetap
mengamati bacaannya.
Nevskia terlonjak kaget, pagi yang
dingin menjadi semakin dingin dengan hatinya yang berdebar-debar "Iya
Pak," Nevskia tidak jadi duduk,
"Ya
udah silahkan duduk,"
Nevskia duduk dengan perlahan-lahan di
depan pak James.
"Kamu
berasal dari Indonesia ya..?"
tanya pak James lagi masih mengamati bacaannya.
"Iya
Pak," kata Nevskia mengamati pak
James.
"Yang
dapat beasiswa itu ya.." tanya Pak James
lagi masih mengamati buku bacaannya.
"Iya
pak..." kata Nevskia ragu-ragu
menjawab pertanyaan pak James, profesor
yang ada di depannya, berkaca mata tersebut, cukup tegas dan wibawa kenapa ia
bertanya-tanya seperti itu.
Pak James mengamati Nevskia sejenak, lalu merapikan bahan bacaannya "Kenapa kamu
telat kemarin?" tanya pak James.
"Saya
berangkat..."
"Esai-mu
tentang apa?" tanya pak James
sambil melatakkan bahan bacaannya, lalu mengambil draft proposal Nevskia, "Tentang Fermentasi kacang
di daerah Namibia ya?" tanya pak James
setelah membaca judul proposal Nevskia,
"Ini kamu nulis apa ini seperti ini, masa nulis pendahuluan seperti
ini...?" tanya pak James sambil
menunjuk-nunjuk proposal Nevskia yang
telah dicoret-coret olehnya, menggunakan pensil diberi garis bawah dan tanda
tanya pada beberapa bagian.
"Kamu menulis
pendahuluan untuk esai yang berjudul Fermentasi kacang untuk negara Namibia tapi
tulisanmu melebar kemana-mana, sampai membahas fermentasi susu, manfaat
fermentasi susu, bakteri yang bersifat racun pada fermentasi susu, tidak usah,
tidak usah melebar seperti itu... cukup langsung kamu menulis fermentasi
kacang, bakteri-bakteri yang berpengaruh pada fermentasi kacang, dan manfaat
fermentasi kacang dan sebagainya, cari di jurnal-jurnal pendukung itu!"
kata pak James menunjuk salah
satu coretan pada proposal Nevskia.
"Dan ini kamu kenapa membahas produksi
kacang di berbagai negara, jangan terlalu luas, kamu cari produk kacang yang
dihasilkan daerah Namibia, bagaimana mereka memanfaatkannya selama ini, dan
alternatif apa yang kamu tawarkan untuk proses pengolahan kacang tersebut,
jangan terlalu luas... dan ini nulis apalagi nih, kacau, sana perbaiki dulu
sana, kacau..!"
Pak James mengembalikan proposal Nevskia, sambil menyingkir-nyingkirkan
proposal tersebut seperti anak kecil.
Nevskia
kaget, namun untuk selanjutnya ia tersenyum, merasa bodoh dengan apa yang telah
ditulisnya, lalu berdiri mengambil proposal tersebut, "Baik Pak, akan saya
perbaiki dulu.." kata Nevskia
tersenyum geli.
"Ya,
ya, sana perbaiki dulu..!" kata pak James
sambil merapikan barang-barang yang ada di atas permukaan mejanya.
Nevskia tersnyum mengamati pak James, "Baik Pak, permisi..!"
kata Nevskia membungkukkan badannya,
lalu permisi keluar setelahnya.
Sesampainya
di depan pintu pak James yang sudah tertutup,
Nevskia tersenyum mengamati proposalnya,
"Pantesan terkenal, orang teliti seperti ini...!" kata Nevskia mengamati propoalnya, lalu
tersenyum geli.
***
Jam tujuh
pagi memasukai laboratoriumnya, setelah menyempatkan diri sholat dhuha di sebelah
raknya dengan beralaskan kerdus. Laboratorium masih sepi. Nevskia mengenakan maskernya dan mengenakan sarung tangannya,
merapikan mejanya, menyermprot mejanya dan tangannya dengan alkohol,
mengelapnya, kemudian meletakan petri dish-petri dish yang berisi bakteri yang
ditumbuhkannya, di mejanya. Nevskia membuka
satu persatu kertas pembungkus petri dish tersebut kemudian mengamati bakterinya.
Tidak ada bakterinya satu pun yang tumbuh. Semua permukaan medium agar tersebut
kasar.
Nevskia menghela napas kemudian termenung
di sebelah mejanya, Nevskia
melepaskan maskernya dan sarung tangan karetnya lalu dimasukkan ke dalam
tasnya, lalu diam-diam kabur keluar sebelum ada yang mengetahuinya "Lebih
baik aku pulang sekarang," kata Nevskia
kabur sambil tersenyum.
***
21.
21.
"Halo..Nevskia, mau kemana, kamu dicariin prof Miller tuh, besok beliau ada meeting
katanya jadi kamu disuruh menghadap sekarang! Besok ayo ikut, kita mau jalan-jalan!"
kata Neapo yang berjalan berlawanan
arah dengan Nevskia, yang memergoki Nevskia kabur, yang sedang berjalan
menuju sepedanya, berjalan sendirian sambil menggosok-gosokkan tangannya, mengenakan
sweater biru, celana putih, sepatu kets putih, jilbab hitam dan topi off white.
Meskipun ia sudah berjalan di lapangan menghindari jalan utama yang biasa
dipakai untuk lalu lintas anak-anak lab. Ia bertemu dengan Neapo.
"Oia,
aku menemukan potongan kejumu di ruang bahan kimia, kamu penelitian pakai keju,
kejumu diapain sebagai bahan medium ya? Atau digunakan sebagai sumber
starter?" tanya Neapo.
“Oia,
besok kamu ikut kita ya jalan-jalan!” kata Neapo
tersenyum.
"Jalan-jalan
kemana?" setelah beberapa saat Nevskia
tersenyum, tidak tahu harus menjawab apa dengan berondongan pertanyaan Neapo. Diselingi juga ia melamun, upaya
melarikan dirinya gagal, ketahuan cowok yang mengenakan hoodie warna
merah dan celana jeans yang juga berwarna putih, badannya agak kurus, tinggi
tegap, yang bahunya hampir setinggi kepala Nevskia,
memiliki kulit putih, dan rambutnya pirang cepak ke atas, menggendong tas
ranselnya, sambil membawa kotak es terbuat dari styrofoam untuk menyimpan
DNA-nya.
"Jalan-jalan
mengelilingi Wageningen, kamu ikut ya!" kata Neapo.
Neapo
tersenyum pada Nevskia lalu
melanjutkan perjalanannya.
"Aku
harus ketemu pak James besok, aku
nggak bisa ikut!" teriak Nevskia.
"Ikut
saja!" kata Neapo sambil
melambaikan tangannya berjalan menjauhi Nevskia
tanpa membalikkan badannya.
Nevskia
bengong memandangi Neapo.
***
Nevskia kembali ke laboratoriumnya,
sepanjang perjalanan dia berpikir, "Kejunya untuk apa, sebagai bahan kimia
atau sebagai starter? Kalau sebagai bahan kimia maka benar disteril, tapi kalau
sebagai sumber bakteri masa ia disteril?" Nevskia berjalan menuju laboratoriumnya.
***
"Gimana,
gimana penelitiannya Nevskia?"
tanya profesor Miller mendekati Nevskia sambil tersenyum. Nevskia menyiapkan petri dishnya
kemudian menyerahkannya kepada profesor Miller.
Profesor Miller mengamati Petri dish
tersebut dengan menerawangnya di bawah cahaya lampu atau cahaya jendela,
"Iya, ya, nggak tumbuh ya..?" kata profesor Miller setelah membolak-balikan petri dish Nevskia dan mendapati permukaan medium tersebut kasar tidak
menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan bakteri. Profesor Miller mengambil petri dish yang lain, mengamatinya kemudian
meletakkannya, Profesor Miller
mengambil yang lain lagi.
"Sebenarnya
saya sudah tahu penyebabnya Prof," kata Nevskia tercekat, sambil menunduk.
"Apa
penyebabnya Nevskia?" tanya profesor
James masih tersenyum tapi menatap Nevskia dengan serius.
"Penyebabnya
adalah karena saya ikut mensteril keju tersebut bersama medium yang lain, kalau
disteril tentu saja bakterinya tidak tumbuh, seharusnya aku tidak mensteril
keju tersebut..!"
Professor
Miller mencerna perkataan Nevskia sebentar, lalu "Oh, jadi itu
penyebabnya. Oke, oke, silakan lanjutkan!" kata profesor Miller kepada Nevskia, lalu berpamitan mohon diri.
Nevskia
tersenyum, "Akhirnya hari ini aku nggak jadi pulang!"
"Aku
akan bikin medium."
"Aku
akan nuang medium."
"Aku
akan menumbuhkan bakteri."
"Aku
akan mendetoks peralatanku!"
"Dan
aku akan steril alat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar