Selasa, 22 Juli 2014

di Depan Pak James


27.
Nevskia bertemu dengan mantan kekasihnya dulu, satu tahun sebelum ia lulus SMA di Solo. Nevskia mengungsi ke Solo, karena kakek – neneknya memaksa ia untuk tinggal di Solo, agar ia bisa merasakan mewarisi darah biru kakeknya. Selama ia di sana, ia bertemu dengan anak paman jauhnya, seorang pemuda yang tampan, putih, tinggi, mirip pangeran pada masa-masa Mataram kuno. Awalnya mereka hanya bersaudara, tapi lambat laun mereka saling menyukai tanpa sepengetahuan kedua orang tua mereka. Mereka berjanji akan memperjuangkan cinta mereka.
Rasa cinta Nevskia semakin besar saat mantannya selalu menemaninya lewat telepon, saat ia pertama kali kuliah di Belanda. Merasa takut karena pertama kalinya jauh dengan orang tua. Merasa takut karena awal di negeri orang. Dan bahkan menemaninya saat ia konflik, tidak dekat dengan teman-teman sekelasnya, dan membantu menyelesaikannya. Dan menemani dan mendengarkan cerita-cerita Nevskia selama di lab.
Nevskia mau menemui pak James untuk revisi laporan KL-nya pagi ini. Ia mengamati hand phone-nya dan ingat kejadian kemarin, kemarin di depan gedung Forum sebelum ke rumah Alise. Ia memenangkan diri dengan membawa hand phonenya berdiri di dekat jendela, mengamati pemandangan di luar jendela, Nevskia mengamati pemandangan di luar jendela namun lama-kelamaan pandangannya kabur sampai ia tidak melihat apa-apa di depannya, ia terbengong. Nevskia suka berdiri di situ istirahat di kala lelah di depan komputer atau pun sekedar mengamati pemandangan, pohon-pohon di depan kosnya yang berisi sepatu yang bergelantungan, mengamati mahasiswa-mahasiswa yang baru pulang dari kampusnya, atau mengamati teman-temannya, tetanggan kosnya, yang suka aneh-aneh sambil tersenyum. Di atas situ, dia memastikan lagi ia menerima telepon dari orang tersebut kemarin, “Maafkan aku, aku menikah dengan putri ustadz?” ulang Nevskia, dan memamg itulah telepon yang ia terima kemarin.
 Dueng.. Nevskia mau guling – guling turun ke bawah dari atas jendela nggak mungkin, akhirnya Nevskia cuma bengong memandangi hand phonenya tersebut, ia diputus. Matanya berkaca – berkaca. “Jadi, selama ini hubungannya denganku sia – sia saja, bohong – bohong saja, hanya angan – angannya saja, kosong,” bengong Nevskia.
Akhirnya Nevskia kembali lagi ke depan komputernya sambil bengong. Ia melakukan segala aktivitasnya sambil bengong, ia ke kamar mandi sambil bengong, ia menukar pakaian sambil bengong, dan ia sarapan sambil bengong. Benarkah ini semua cuma main – main. Ia menitip bilang ia akan menemani Nevskia selama Nevskia penelitian selama Nevskia di Belanda, ia menceritakan kisah yang baik-baik pada Nevskia lewat telepon, ia menghibur Nevskia di kala sedih, ia mengajak cerita Nevskia tentang pertandingan sepak bola, ia menanggapi cerita Nevskia selama ia di lab, dan ia mengatakan suka pada Nevskia untuk dijadikan kekasihnya. “Berarti semua ini angan – anganku saja, haha..!” kata Nevskia di kamar, tertawa hambar.
Nevskia berpikir apakah ini berarti kenyataan atau cuma mimpi. Kalau cuma mimpi berarti selama ini semua kisahnya cuma mimpi, berarti selama ini penelitiannya yang sudah hampir jalan 10% di lab cuma mimpi, berarti selama ini ngerjain proposal esainya cuma mimpi, dan berarti selama ini semua aktivitasnya di kampus cuma mimpi, Nevskia benar – benar ketakutan pada dirinya sendiri. Akhirnya dengan segenap jiwa, ia beranikan diri berangkat ke kampus untuk menghadap pak James.
***
28.
 “Ini gimana ini Nevskia, kenapa kamu menulis tulisan seperti ini?” tanya pak James.
Nevskia diam saja, matanya berkaca - kaca.
“Ini gimana, bukannya kemarin sudah diberi tahu, paragraf ini isinya fermentasi kacang, bakteri-bakteri yang berperan pada fermentasi kacang, dan manfaat fermentasi kacang. Kamu juga harus mencari tambahan jurnal untuk mengisi kalimat di sini, jadi kalimat yang kamu tulis isinya jelas bermutu. Paragraf yang kamu tulis secara total juga bermakna dan padat.”
Nevskia bengong, tak memandangi pak James.
Pak James memandangi Nevskia matanya berkaca – kaca. Pak James berpikir pasti Nevskia tak mendengarkan kata – katanya sejak awal. Pak James terus memandangi Nevskia, dan Nevskia tak sedikitpun sadar kalau pak James sudah selesai bicara dan sedang memperhatikan dia. “Ya sudah, sudah kamu pulang dulu dan pikirkan baik – baik sana!” kata pak James sambil menyerahkan draft proposal esai Nevskia.
Nevskia menerima draft tersebut dan pergi meninggalkan ruangan pak James tanpa membungkukkan badan seperti biasanya sebelum ke luar pintu sebagai tanda terima kasih, tanpa mengucapkan ‘terima kasih’ secara langsung, atau tanpa tersenyum seperti biasanya, bahkan menoleh untuk tanda menghormati pak James sebelum ke luar pintu pun tidak. Nevskia ke luar sambil matanya berkaca – kaca.
***
29.


“Tuh kan bakteriku tumbuh, kemarin kamu tanya tumbuh atau nggak, ini tumbuh!” kata Nevskia mengamati titik-titik berbentuk  lingkaran berada di atas mediumnya berwarna kuning mengkilat menyerupai jeli.“Sekarang mari kita memurnikan,” kata Nevskia tersenyum pada dirinya sendiri, kata orang memurnikan itu menggunakan dua metode, yaitu metode goresan dan metode pengenceran. Kata orang-orang dan kata profesor Miller lebih baik menggunakan metode pengenceran karena kemungkinan murninya lebih tinggi daripada metode goresan, tapi aku tidak paham metode pengenceran jadi mari kita gunakan metode goresan saja. Aku tahu sih, aku akan memakan waktu lama. Tapi biarlah aku di sini di lab sendirian.
 “Ayo bangun dan bekerja, Nevskia, jangan berlaru-larut dalam kesedihanmu!” kata Nevskia.
 “Baiklah, sekarang yang harus aku lakukan adalah membuat 1.membuat medium nutrien agar, 2.menuang medium, 3.numbuhin bakteri, 4.detoks alat.”
“Kamu mau steril medium Ige, ikut dong!” kata Nevskia sambil menunjukkan kedua erlenmeyernya yang berisi akuades. Ige tersenyum sambil mengangguk.
 Nevskia menimbang pepton 10 g, esktrak daging 5 g, agar 18 g, kemudian mensterilnya, ia termenung sambil menunggu sterilannya.
Nevskia memegang menatap hand phonenya di dekat jendela, memegangnya hendak menunggu telepon dengan tersenyum kemudian di urungkannya, ia meletakkan kembali hand phonenya. “Kalau aku nuang hari ini, aku baru bisa menggunakannya besok. Atau nanti malem, aku nuangnya  nanti malem aja deh.”
Nevskia menyiapkan petri dish, Nevskia membuka kertas pembungkusnya memberinya keterangan NA dan tanggal, lalu membawanya ke laminar air flow. Nevskia membawa pembakar bunsen, membawa alkohol, dan korek api. Nevskia mengenakan maskernya, mengenakan sarung tangannya, menyemprotkan alkohol ke tangan dan ke seluruh sisi laminar air flow, kemudian mengelapnya, kemudian mulai menuangkan medium NA tersebut, setelah disteril.
“Tapi selama aku menunggu, aku ngapain. Aku duduk ada deh di sini, ngapain aja!”kata Nevskia duduk di kursinya. Baiklah apa yang harus kullakukan setelah bakteriku murni. Berdasarkan penelitian yang dilakukakn di jurnal-jurnal untuk melakukan identifikasi, maka kita harus melakukkan pengecatan gram, pengecatan negarif, uji oksidase, uji katalase, uji urea, uji aerobisitas, uji motilitas, uji katalisis pati, banyak banget.
***
30.
Nevskia memadamkan seluruh lampu, menyisakan satu buah lampu di tengah ruangan. Nevskia mengenakan kembali maskernya dan sarung tangannya, menyemprotken alkohol di tangannya kemudian menggosok-gosokkannya, menyalakan pembakar bunsen, mengambil petri dish yang berisi bakteri yang sudah tumbuh, kemudian memindahkan satu-persatu bakteri tersebut ke medium NA yang tadi siang dituangkanya. Nevskia termenung di depan laminar air flow setelah menuangkannya, “Dan kata Ige, ketika ngelab sendirian gini, di ruang atas terdengar seperti ada orang yang menarik-naarik meja dan kursi, sekarang tidak ada, sepi, yang terdengar hanya mesin detik jarum jam dan pengap udara lab.”
Nevskia membuka petri dish-petri dish yang kemarin digunakan untuk menumbuhkan percobaannya yang kedua, yang belum sempat tumbuh, membukanya kemudian membalik tutupnya, ia kumpulkan jadi satu. Ia mengumpulkan erlenmeyer-erlenmeyer yang tidak terpakai disatukannya, kemudian ia masukkan ke dalam embernya, ia masukkan ke dalam panci untuk direbusnya.
“Kamu mau di sini sampai kapan Nevskia, nanti ya, aku pulang nanti?” tanya Nevskia setelah mencuci peralatannya pada dirinya sendiri.
Nevskia mencoreti daftar kerjaannya 1.membuat medium nutrien agar, 2.menuang medium, 3.numbuhin bakteri, 4.detoks alat, lalu diam berdiri di depan mejanya, “Baiklah marilah kita pulang,”
***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar