27.
Nevskia
bertemu dengan mantan kekasihnya dulu, satu tahun sebelum ia lulus SMA di Solo.
Nevskia mengungsi ke Solo, karena
kakek – neneknya memaksa ia untuk tinggal di Solo, agar ia bisa merasakan mewarisi
darah biru kakeknya. Selama ia di sana, ia bertemu dengan anak paman jauhnya,
seorang pemuda yang tampan, putih, tinggi, mirip pangeran pada masa-masa
Mataram kuno. Awalnya mereka hanya bersaudara, tapi lambat laun mereka saling
menyukai tanpa sepengetahuan kedua orang tua mereka. Mereka berjanji akan
memperjuangkan cinta mereka.
Rasa
cinta Nevskia semakin besar saat
mantannya selalu menemaninya lewat telepon, saat ia pertama kali kuliah di
Belanda. Merasa takut karena pertama kalinya jauh dengan orang tua. Merasa takut
karena awal di negeri orang. Dan bahkan menemaninya saat ia konflik, tidak
dekat dengan teman-teman sekelasnya, dan membantu menyelesaikannya. Dan menemani
dan mendengarkan cerita-cerita Nevskia
selama di lab.
Nevskia
mau menemui pak James untuk revisi
laporan KL-nya pagi ini. Ia mengamati hand phone-nya dan ingat kejadian kemarin,
kemarin di depan gedung Forum sebelum ke rumah Alise. Ia memenangkan diri dengan membawa hand phonenya berdiri di
dekat jendela, mengamati pemandangan di luar jendela, Nevskia mengamati pemandangan di luar jendela namun lama-kelamaan pandangannya
kabur sampai ia tidak melihat apa-apa di depannya, ia terbengong. Nevskia suka berdiri di situ istirahat di
kala lelah di depan komputer atau pun sekedar mengamati pemandangan,
pohon-pohon di depan kosnya yang berisi sepatu yang bergelantungan, mengamati
mahasiswa-mahasiswa yang baru pulang dari kampusnya, atau mengamati
teman-temannya, tetanggan kosnya, yang suka aneh-aneh sambil tersenyum. Di atas
situ, dia memastikan lagi ia menerima telepon dari orang tersebut kemarin, “Maafkan
aku, aku menikah dengan putri ustadz?” ulang Nevskia, dan memamg itulah telepon yang ia terima kemarin.
Dueng..
Nevskia mau guling – guling turun ke bawah dari atas jendela nggak mungkin,
akhirnya Nevskia cuma bengong
memandangi hand phonenya tersebut, ia diputus. Matanya berkaca – berkaca.
“Jadi, selama ini hubungannya denganku sia – sia saja, bohong – bohong saja,
hanya angan – angannya saja, kosong,” bengong Nevskia.
Akhirnya
Nevskia kembali lagi ke depan
komputernya sambil bengong. Ia melakukan segala aktivitasnya sambil bengong, ia
ke kamar mandi sambil bengong, ia menukar pakaian sambil bengong, dan ia
sarapan sambil bengong. Benarkah ini semua cuma main – main. Ia menitip bilang
ia akan menemani Nevskia selama Nevskia penelitian selama Nevskia di Belanda, ia menceritakan
kisah yang baik-baik pada Nevskia lewat
telepon, ia menghibur Nevskia di kala
sedih, ia mengajak cerita Nevskia
tentang pertandingan sepak bola, ia menanggapi cerita Nevskia selama ia di lab, dan ia mengatakan suka pada Nevskia untuk dijadikan kekasihnya.
“Berarti semua ini angan – anganku saja, haha..!” kata Nevskia di kamar, tertawa hambar.
Nevskia
berpikir apakah ini berarti kenyataan atau cuma mimpi. Kalau cuma mimpi berarti
selama ini semua kisahnya cuma mimpi, berarti selama ini penelitiannya yang
sudah hampir jalan 10% di lab cuma mimpi, berarti selama ini ngerjain proposal
esainya cuma mimpi, dan berarti selama ini semua aktivitasnya di kampus cuma
mimpi, Nevskia benar – benar
ketakutan pada dirinya sendiri. Akhirnya dengan segenap jiwa, ia beranikan diri
berangkat ke kampus untuk menghadap pak James.
***
28.
“Ini gimana ini Nevskia, kenapa kamu menulis tulisan seperti ini?” tanya pak James.
Nevskia
diam saja, matanya berkaca - kaca.
“Ini
gimana, bukannya kemarin sudah diberi tahu, paragraf ini isinya fermentasi
kacang, bakteri-bakteri yang berperan pada fermentasi kacang, dan manfaat
fermentasi kacang. Kamu juga harus mencari tambahan jurnal untuk mengisi
kalimat di sini, jadi kalimat yang kamu tulis isinya jelas bermutu. Paragraf
yang kamu tulis secara total juga bermakna dan padat.”
Nevskia
bengong, tak memandangi pak James.
Pak
James memandangi Nevskia matanya berkaca – kaca. Pak James berpikir pasti Nevskia
tak mendengarkan kata – katanya sejak awal. Pak James terus memandangi Nevskia,
dan Nevskia tak sedikitpun sadar
kalau pak James sudah selesai bicara
dan sedang memperhatikan dia. “Ya sudah, sudah kamu pulang dulu dan pikirkan
baik – baik sana!” kata pak James
sambil menyerahkan draft proposal esai Nevskia.
Nevskia
menerima draft tersebut dan pergi meninggalkan ruangan pak James tanpa membungkukkan badan seperti
biasanya sebelum ke luar pintu sebagai tanda terima kasih, tanpa mengucapkan
‘terima kasih’ secara langsung, atau tanpa tersenyum seperti biasanya, bahkan
menoleh untuk tanda menghormati pak James
sebelum ke luar pintu pun tidak. Nevskia
ke luar sambil matanya berkaca – kaca.
***
29.
“Tuh
kan bakteriku tumbuh, kemarin kamu tanya tumbuh atau nggak, ini tumbuh!” kata Nevskia mengamati titik-titik berbentuk lingkaran berada di atas mediumnya berwarna
kuning mengkilat menyerupai jeli.“Sekarang mari kita memurnikan,” kata Nevskia tersenyum pada dirinya sendiri,
kata orang memurnikan itu menggunakan dua metode, yaitu metode goresan dan
metode pengenceran. Kata orang-orang dan kata profesor Miller lebih baik menggunakan metode pengenceran karena kemungkinan
murninya lebih tinggi daripada metode goresan, tapi aku tidak paham metode
pengenceran jadi mari kita gunakan metode goresan saja. Aku tahu sih, aku akan
memakan waktu lama. Tapi biarlah aku di sini di lab sendirian.
“Ayo bangun dan bekerja, Nevskia, jangan berlaru-larut dalam kesedihanmu!” kata Nevskia.
“Baiklah, sekarang yang
harus aku lakukan adalah membuat 1.membuat medium nutrien agar, 2.menuang
medium, 3.numbuhin bakteri, 4.detoks alat.”
“Kamu
mau steril medium Ige, ikut dong!”
kata Nevskia sambil menunjukkan kedua
erlenmeyernya yang berisi akuades. Ige tersenyum
sambil mengangguk.
Nevskia menimbang pepton 10 g,
esktrak daging 5 g, agar 18 g, kemudian mensterilnya, ia termenung sambil
menunggu sterilannya.
Nevskia
memegang menatap hand phonenya di dekat jendela, memegangnya hendak menunggu
telepon dengan tersenyum kemudian di urungkannya, ia meletakkan kembali hand
phonenya. “Kalau aku nuang hari ini, aku baru bisa menggunakannya besok. Atau
nanti malem, aku nuangnya nanti malem
aja deh.”
Nevskia menyiapkan
petri dish, Nevskia membuka kertas
pembungkusnya memberinya keterangan NA dan tanggal, lalu membawanya ke laminar
air flow. Nevskia membawa pembakar
bunsen, membawa alkohol, dan korek api. Nevskia
mengenakan maskernya, mengenakan sarung tangannya, menyemprotkan alkohol ke
tangan dan ke seluruh sisi laminar air flow, kemudian mengelapnya, kemudian
mulai menuangkan medium NA tersebut, setelah disteril.
“Tapi
selama aku menunggu, aku ngapain. Aku duduk ada deh di sini, ngapain aja!”kata Nevskia duduk di kursinya. Baiklah apa
yang harus kullakukan setelah bakteriku murni. Berdasarkan penelitian yang
dilakukakn di jurnal-jurnal untuk melakukan identifikasi, maka kita harus
melakukkan pengecatan gram, pengecatan negarif, uji oksidase, uji katalase, uji
urea, uji aerobisitas, uji motilitas, uji katalisis pati, banyak banget.
***
30.
Nevskia memadamkan
seluruh lampu, menyisakan satu buah lampu di tengah ruangan. Nevskia mengenakan kembali maskernya dan
sarung tangannya, menyemprotken alkohol di tangannya kemudian
menggosok-gosokkannya, menyalakan pembakar bunsen, mengambil petri dish yang
berisi bakteri yang sudah tumbuh, kemudian memindahkan satu-persatu bakteri tersebut
ke medium NA yang tadi siang dituangkanya. Nevskia
termenung di depan laminar air flow setelah menuangkannya, “Dan kata Ige, ketika ngelab sendirian gini, di
ruang atas terdengar seperti ada orang yang menarik-naarik meja dan kursi,
sekarang tidak ada, sepi, yang terdengar hanya mesin detik jarum jam dan pengap
udara lab.”
Nevskia membuka
petri dish-petri dish yang kemarin digunakan untuk menumbuhkan percobaannya
yang kedua, yang belum sempat tumbuh, membukanya kemudian membalik tutupnya, ia
kumpulkan jadi satu. Ia mengumpulkan erlenmeyer-erlenmeyer yang tidak terpakai
disatukannya, kemudian ia masukkan ke dalam embernya, ia masukkan ke dalam panci
untuk direbusnya.
“Kamu
mau di sini sampai kapan Nevskia, nanti ya, aku pulang nanti?” tanya Nevskia setelah
mencuci peralatannya pada dirinya sendiri.
Nevskia
mencoreti daftar kerjaannya 1.membuat medium nutrien agar, 2.menuang
medium, 3.numbuhin bakteri, 4.detoks alat, lalu diam berdiri di depan mejanya, “Baiklah marilah kita pulang,”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar