Selasa, 22 Juli 2014

a piece of cake


26.
Hari sudah malam ketika mereka sampai di kampus. Kampus sepi dan mereka memutuskan untuk makan, perut keroncongan, badan kotor dan gatal-gatal, dan semuanya, mereka membutuhkan tempat untuk berlabuh dan beristirahat, “Oke, baik kalau. kita ke tempat Alise, makan-makan masak sendiri.”
“Halo..” Nevskia berjalan menjauh, dan mengangkat teleponya.
“Ya halo..”
“Kenapa?”
“Nggak, ini baru sampai kampus,”
“Ngomong apa...?” perasaan Nevskia sudah tidak enak.
“Kan kamu sendiri yang ngomong, kalau kamu bakalan membersamai aku, apa kau dijodohkan...”
“Mengapa begini...” air mata Nevskia mulai mengalir, Nevskia menangis.
“Dengan anak pak ustadz..?”
“Kan kamu udah ngomong, kamu bakalan nemenin aku...”
“Iya, dengan anak pak ustadz dan kamu terima, kenapa jadi begini...”
“Kamu nggak usah ngomong sama aku, aku terima..”
“Iya, nggak apa-apa..”
“Iya, nggak apa-apa..”
Nevskia menatap Alise dari jauh, air matanya berlinang-linang kemudian ia hapus segera air matanya.
“Aku nggak mau ikut, aku pulang aja!” kata Nevskia sambil mau nangis.
“Lah, kenapa Nevskia?”
“Aku pusing, aku nggak ikut saja!” kata Nevskia sambil cemberut.
“Kalau Nevskia nggak ikut, aku mbatalin aja.” kata Alise.
Nevskia diam.
“Kamu ikut saja Nevskia, sini duduk sini!” kata Neapo yang duduk di rumput depan gedung Forum, lalu menggeser duduknya untuk Nevskia, Alise ikut duduk di situ, sementara Steno dan teman-teman cewek yang lain sedang berdiri, dan membicarakan yang lain tentang rencana masak mereka.
Neapo memberikan sepotong cake coklat pada Nevskia. Nevskia memegangi dan memandangi sepotong cake coklat tersebut masih sambil berpikir, meskipun masih dalam keadaan nangis, Neapo baik ya, masih sempet ngasih aku sepotong cake coklat, pikir Nevskia.
“Jadi kita makan apa ini?” tanya Albert sambil menunduk mendekati mereka bertiga. Nevskia, Neapo, Alise mengamati Albert. “Makan nasi goreng aja!” kata Neapo.
Mereka akhirnya berjalan beriring-iringan menuju kos Alise.  Untuk kedua kalinya meraka bersama-sama lagi. Untuk kedua kalinya mereka mengobrol lagi. Dan tampang-tempang mereka sudah hancur berantakan.
Nevskia menyandarkan sepedanya pada dinding dan langsung menuju ke bangku panjang di di depan Nevakia. Dia duduk memgangi cake coklat sambil melamun. Wajahnya sedih dan matanya berkaca – kaca. Dia bengong memperhatikan Neapo, Albert, Steno, dan Arho yang wira – wiri mengubah kos dan halaman kos Alise untuk dijadikan tempat pesta, memindahkan bangku, memindahkan meja, menyiapkan tempat pembakaran, menyiapkan musik, dan menyiapkan gitar, menyiapkan api unggun, dan menyiapkan aneka perlengkapan lain. Cewek-cewek kelaparan mengambil buah, makanan, dan minuman sambil mengobrak-abrik lemari es Alise.  Nevskia mengamati mereka lalu menunduk mengamati cake-nya.
Setelah nasi goreng yang mereka masak di kebun hasil kolaborasi Neapo, Albert dan Steno matang, Nevskia  mendapatkan sepiring nasi goreng tersebut di mejanya. Nevskia langsung menikmati nasi goreng tersebut, sambil menangis,  tanpa berani menoleh ke kanan dan  ke kiri.
Arho datang membawakan minuman beralkohol penghangat badan yang ia beli dari toko setempat, Alise menyingkirkannya dan menggantinya dengan jusnya.
Nevskia menoleh ke arah Alise. Alise memakan nasi goreng dan duduk dibelakang Nevskia. Alise menikmati nasi goreng tersebut sambil ngobrol dengan Neapo, dengan Albert, dengan Arho, dengan Icha, dan dengan yang lain – lain. Alise makan nasi goreng tersebut dengan lahap, dan mengambil daging masak simpanannya. Daging tersebut, akhirnya dimakan Neapo, Albert, dan Arho sambil rebutan secepat kilat.
Nevskia tertawa. Nevskia kembali menikmati nasi goreng panasnya sambil dengan mata berkaca – kaca lagi. Air matanya jatuh lagi di antara asap nasi goreng dan butiran nasi gorengnya.
“Nasi goreng, nasi goreng kedua matang dengan asap mengepul – ngepul!” kata Albert sambil membawa penggorengan nasi goreng. Nevskia tertawa sumringah melihat nasi goreng tersebut, tetapi cuma menggeleng tertawa, ketika ditawari untuk makan nambah lagi. Nevskia menyaksikan teman – teman cowoknya makan dengan lahap, dengan berebut, dengan tertawa.
Nevskia menoleh lagi ke hapenya dan ingat teleponnya lagi. Nevskia ingat kost dan ingin segera pulang ke kost. Pulang ke hangatnya kost. Berkumpul dengan Joahna, Eunsung, dan Errie teman – teman kosnya.
Tapi setelah itu, Nevskia harus berkumpul dulu dengan teman-temannya. Menikmati api unggun sambil di awal mereka makan jagung bakar, sosi bakar, kemudian menghentikan aktivitas makannya setelah mereka kenyang. Dilajutkan dengan nyanyi-nyanyi sambil mengelilingi main gitar. Neapo main gitar dan menyanyi, diikuti teman-teman yang lainnya bernyanyi bersama mereka. Nevskia tersenyum mengamati Neapo, lalu menunduk teringat kekasihnya.
***


“Eciee... Neapo nyanyi lagu galau!” komentar Alise.
“Kamu dicariin cewek fakultas sebelah tuh, Neapo!”
 “Kamu mau nggak sama dia?” tanya Alise lagi dan tak ada pertanyaan yang dijawab satu pun. Alise semakin menginterograsi Neapo.
“Kamu mau aja, Neapo!” tambah Alise lagi.
“Dia tuh orangnya baik, cantik, masih keturunan darah biru Belgia katanya. Matanya biru, kulitnya putih, rambutnya pirang cantik deh!”
“Harusnya kamu tuh suka sama dia, justru dikejar, ditanyain kesukaannya apa, tanyain hobinya apa, PDKT?”
“Dia nyariin kamu, trus kamu pura-pura jual mahal kek, bukannya kamu lari-lari kaya gini, nggak pernah kasih jawaban!” kata Alise kaya emak – emak.
Yang lain pada ngeliatin Alise memarahi Neapo.
“Mau kubantuin ngedeketin dia lagi?” tanya Alise lagi.
Neapo diam.
“Mau kukubantuin ngomongin ke dia, kalau kamu juga suka sama dia?”
”Kalau kamu mau, kubantuin ngomongin ke dia kalau kamu juga suka sama dia!”
“Besok biar kuajak kamu ketemuan sama dia di gedung Futurum, lalu bair aku aja yang ngomong, kamu diem aja di situ.” tambah Alise.
 ”Atau kalau kamu mau, besok kubikinin kejutan di lab, biar dia datang ke lab dan dia menyatakan cintanya kepadamu, ihiiy...seru kaya di film drama-drama!” kata Alise.
“Kamu pas libur musim ketemu dia kan, di bandara?”
Neapo diem saja.
”Trus dia sempat nyoba ngubungin kamu kan karena dia pernah minta nomermu ke aku, coba jawab?”
Neapo diem saja.
“Kalau kamu suka bilang aja!”
Neapo diem saja.
“Sekarang kamu masih suka, nggak?”
Neapo diem saja, snyam – senyum.
“Kamu tuh ya, kurang apa coba, baik hati, suka menabung, suka membantu orang tua, suka membuang sampah di tempatnya, cinta alam dan lingkungan dan kasih sayang sesama manusia, pinter.. kurang apa coba, harusnya kamu tuh cocok sama dia.”
Nevskia mengerutkan alisnya, “Hubungannnya apa So, baik hati dengan pacaran..kalau Neaponya nggak mau ya sudah nggak mau, nggak ada hubungannya dengan baik hati...” sesaat Nevskia lupa penderitaannya, ia ngomong sendiri dalam hati, mulutnya masih ia tutupi dengan tisu, matanya berkaca-kaca, namun ia mendengarkan dengan saksama pembicaraan Alise dan Neapo.
Yang lain bergumam dan berkomentar, baru tahu kalau Neapo ditaksir sama putri Belgia, sebagian yang lain penasaran, hanya Steno  yang senyam-senyum dan Arho diam berpikir, setelah Alise selesai ngomel – ngomel.
Neapo diam saja. Masih memegang gitarnya. Matanya menatap kembang api, kilatan api dari api unggun tampak membayang di matanya. Sesaat kemudian ia mengeluarkan kotak putih berisi cake coklatnya, “Ini, silakan dimakan, ini aku dapat dari ibuku yang membuatkannya untukku!”
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar