Selasa, 01 Juli 2014

Laboratorium I


 
1.
Musim dingin Wageningen University, Nevskia harus memasaki laboratorium Food Microbiology di gedung Biotechnion untuk melakukan penelitian setelah satu tahun kuliahnya. Memasuki laboratorium adalah sesuatu tantangan yang baru bagi Nevskia, dimana sebelumnya ia tidak mengenal teman-temannya sekarang harus mengenal dan membaur dengan teman-temannya, sebelumnya ia hanya bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa Indonesia sekarang ia harus perlahan meninggalkannya dan, -meskipun ia kadang masih kembali untuk mengangis dan bercerita-, tapi sekarang ia harus lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Memasuki lab membubat Nevskia pada awalnya lebih banyak diam, lebih banyak mengalami tekanan batin, dan harus lebih banyak melakukan penyesuaian diri. Teman-temannya yang seharusnya menjadi temannya pun melakukan pembantaian terhadap Nevskia, menyidang dan mengoreksi setiap perbuatan yang dilakukan Nevskia, berebut alat, dan saling mendengki di dalam lab. Tetapi itu membulatkan tekad Nevskia untuk terus maju ke depan di dalam lab-nya, jika perli ia menutup matanya dan telingannya di dalam lab.
 “My first Lab...”ketik Nevskia di blog-nya, waktu ia duduk di depan komputer laboratorium Biotechnion Wageningen University saat pertama kali masuk lab.
***
”Huh, dingin-dingin..!” kata Myristi dan Nevskia sambil menggosok-gosokkan tangan mereka yang mengenakan sarung tangan agar hangat, uap putih mengepul dari kedua mulut mereka.
“Gimana My, kita mau nge-lab kapan?”
“Nggak bisa Nev, kalau kaya gini kondisinya nggak bisa, kita harus nunggu jam lima, nunggu mereka pada pulang dari Lab dan Lab sepi, baru kita bisa kerja!”
“Kalau jam lima kesorean My, jam tiga ya ?!” kata Nevskia.
“Ok!” kata Myristi, lalu mereka nglanjutin ngipas-ngipas.
“Hei, Nevskia, Myristi, gimana pengalaman kalian nge-lab pertama?” tanya Nitia.
 “Nge-lab dengan kondisi rame itu.. sesuatu!” kata Myristi masih sambil kipas-kipas. 
”Nge - lab dalam kondisi rame itu.. sesuatu!” kata Nevskia.
Nitia memandangi mereka dengan mulut menganga, “Lah, iya, ‘sesuatu’-nya itu kayak apa?” tanya Nitia.
“Setelah aku masuk Lab kondisinya luar biasa rempong. Dari ruang depan sampai ruang belakang, penuh, isinya manusia semua. Aku dan Nevskia tidak bisa apa – apa di sana, kayak dua manusia yang tersesat di kampung vampir. Nyenggol sedikit saja mereka, bakalan keluar taring mereka dan bakalan mengginggit aku sama Nevskia, sampai berdarah – darah… Dan Nevskia tutupan hidung pake tisu.” terang Myristi.
 “Lah, kenapa? Takut digigit vampir?” tanya Nitia penasaran dengan tegang.
“Nggak, di situ ada autoklaf dan panci rebusan yang luar biasa baunya!”
“Rebusan apa, daging manusia?”tanya Nitia berkeringat.
“Nggak, kadang kecambah, kadang kentang, kadang juga petri dish berisi medium membusuk, beserta jamur – jamurnya..!” terang Myristi.
"Hah, beneran?" tanya Nitia, memandang Nevskia dan Myristi.
"Beneran Nevs?!"
Nevskia memandang Nitia, mengangguk
Nitia bergidig.
***
2.
Nevskia duduk di kursi melingkar lengkap dengan mejanya yang dibuat dari adoanan semen di taman dekat pintu keluar gedung Forum . Kursi itu berwarna coklat, panjang, dan Nevskia hanya duduk sendirian. Tidak ada orang berlalu-lalang di kiri kanannya. Hari sepi karena hampir semua manusia sudah pulang. Di sebelah kanan duduk Nevskia ada setumpuk buku, sedang di tangan kanannya ada sebatang coklat pasta yang sedang dinikmatinya.
"Profesor Miller," kata Nevskia dalam hati sambil mengamati Profesor Miller sambil makan coklatnya, "pasti baru selesai rapat tentang penelitian..." . 
“Kamu penelitiannya tentang Bakteri terbaik Pembentuk Keju ya, Nevskia!” kata profesor Miller sambil mengamati Nevskia, sambil tersenyum, di tangan kanannya memegang setumpuk buku.
Nevskia mengamati profesor Miller, tak mengira profesor Miller akan mendatanginya, di tangan kanannya masih memegang coklat pasta dan mulutnya masih mengunyah.
Nevskia?”
"Ya Profesor," kata Nevskia masih mengamati profesor Miller.
"Penelitianmu tentang Bakteri terbaik Pembentuk Keju, ya?!" tanya profesor Miller lagi.
"Ya, Profesor?!" tanya Nevskia mengamati profesor Miller, di tangan kanannya masih memegang coklat, dan mulutnya masih mengunyah.
"Nufo sudah memberitahukanmu tentang penelitianmu, kan?"
"Iya, sudah Prof!" kata Nevskia sambil memangamati profesor Miller, sambil mengunyah coklatnya, sambil memegang coklat di tangan kanannya.
"Ya udah, jadi intinya penelitian kamu tentang Bakteri terbaik Pembentuk Keju, ya..!" profesor Miller tersenyum, lalu memutar badannya sambil meletakkan buku di dadanya.
Nevskia mengamati punggung profesor Miller, "Kenapa aku harus makan coklat di depan Profesor Miller?" Nevskia membungkukkan badannya, menyembunyikan wajahnya di lututnya.

***
3.
“Keranjang besar satu, keranjang kecil tiga…” kata Valens, “kain lap, pembakar Bunsen, jarum ose, buku, pulpen, kertas, penggaris, tisu, kapas, plastik ukuran ½ kg satu bungkus, plastik ukuran 1 kg satu bungkus, jerigen satu, plastil ukuram 3 kg satu bungkus…” tambahnya, “Kaya mau jualan ya?” tanya Valens.
Nevskia mengangguk.
“Karet gelang 1 kg…” lanjut Valens, “kain kassa, cutter, gunting, plastik wrap, aluminium foil…” kata Valens sambil memasukkan tabung reaksi kering ke dalam kantong plastik ukuran 3 kg, mau disterilisasi.
“Masih lagi?” tanya Nevskia.
Valens mengangguk.
“Alkohol 97%, alkohol 70%, spirtus, akuades, kertas label…dan marker” kata Valens sambil berpikir, “Udah sementara itu dulu!” kata Valens.
Udah sementara itu dulu,” bisik Nevskia, “berarti masih ada banyak lagi!”
“Oke, trima kasih Valens!” kata Nevskia.
“Yak!” kata Valens.
Nevskia berjalan menuju mejanya sambil berpikir, sambil pura-pura ngomong dengan Myristi “Banyak banget, My!” kata Nevskia, “Nggak papa My, ntar kita belanja bareng,” kata Nevskia, ngomong sendiri.
***
4.
"Jadi penelitianmu tentang apa Nevs?" tanya Nitia.
"Tentang bakteri pembentuk keju."
"Jauh-jauh ke negeri Belanda, hanya untuk belajar bakteri pembentuk keju?"
"Scara Belanda kan negeri keju." kata Nevskia tidak mau kalah, duduk di samping Nitia di samping gedung Beta Universitas Wageningen sambil menggoncang-goncangkan kaki. Nevskia memandangi salju putih yang menghampar di depannya sedangkan pikirannya melayang pada Myristi yang barusan meninggalkan mereka.
***
5.
***
"Yang harus aku lakukan sekarang ini adalah menggulung-gulung kapas, membungkusnya dengan kain kasa dan dan menggulung-gulungnya kembali."
"Kau tidak boleh ngomong seperti itu Nevskia!"
"Tidak boleh ngomong seperti itu, cuma ngomong seperti itu"
"Sekarang sudah jam lima, kita sudah mendapatkan lab. Apa yang sudah kita terima harus kita syukuri. Yuk kita steril alat!"
Myristi mengamati Nevskia mengambil kertas, menggulung kapas, membungkus kapas dengan kain kasa, menggulung lagi, lalu merapikannya. 
"Yuk, mau steril alat nggak?!"
"Gimana mau steril alat kalau tutup tabung reaksinya aja belum ada, tutup erlenmeyernya belum ada!"
"Kan kamu bisa ngomong mau steril, nanti sambil nunggu kamu nyelesein bikin aku bisa nyiapin sterilnya, nanti kubantu kalau aku sudah selesai!" 
Nevskia tidak mendengarkan perkataan Myristi, ia terus menggulung kapasnya.
Myristi memasukkan air ke dalam autoklaf, memasang alas autoklaf, lalu kembali ke mejanya mengambili alat-alatnya yang mau disteril, kemudian memasukkannya ke dalam autoklaf.
"Nge-lab di tempat sepi seperti ini menyenangkan ya?" kata Nevskia memegang pundak Myristi.
"Iya, kamu bikin tutupnya udah selesai, kalau belum kubantuin?" 
"Udah kok, udah selesai. Ni tinggal nutup-nutupin ke tabung reaksi, nanti tinggal kita masukan ke sini!" kata Nevskia sambil melongok-longok ruangan belakang dan ruangan bahan kimia.
"Gelap" kata Nevskia ngomong pada dirinya sendiri.
Myristi ikut menoleh ke belakang tapi kemudian mengamati kembali autoklafnya.
Nevskia memasukkan alat-alatnya ke dalam autoklaf dengan dibantu oleh Myristi.
"Apa yang sebaiknya kita lakukan, di malam hari kalau hari bersalju seperti ini?" tanya Nevskia menatapi Myristi sambil memegangi kedua pipinya dengan kedua tangannya yang mengenakan sarung tangan.
Mereka duduk berdua mengenakan pakaian lab berwarna putih, di tengah ruang lab yang berisi beberapa jajar meja berwarna putih, lampu di belakang mereka masing-masing mati hanya di tengah di antara mereka yang menyala. Nevskia ikut menunduk mengamati petridish yang sedang diamati Myristi.
"Aku nggak tahu Nevs mungkin minum coklat enak." 
"Itu apa sih My, daun teh ya?"
"Iya, ini ekstrak daun teh, aku menggunakan ini untuk mengamati bakteri yang ada di permukaan daun teh."
Nevskia mengalihkan pandangannya pada autoklaf tempatnya melakukan steril.
***
6.
“Kenapa bakteriku tidak tumbuh, aish kenapa tidak tumbuh..!" kata Nevskia mau nangis, ketika mengamati tabung reaksinya yang berisi larutan berwarna kuning masih tetap jernih. Nafasnya terputus-putus ketika tangannya yang mengenakan sarung tangan hitam memegangi tabung reaksi tersebut. Ia mengenakan kerudung paris coklat yang ia kenakan di atas kepala menutupi ninja hitamnya,  mengenakan kaos manset hitam dan sarung tangan hitam dan mantel coklat, mengenakan celanan panjang hitam dan winter ankle boot warna coklat, berlari-lari tadi, menembus hujan salju dari dormitorynya menuju universitasnya untuk segera memulai penelitiannya.
Dengan panik Nevskia lari ke belakang ke ruang bahan kimianya, "Mia, tahukah kamu kenapa bakteriku tidak tumbuh? Kenapa dari kemarin tetap jernih seperti ini..?" kata Nevskia sambil memperlihatkan tabung reaksinya kepada Mia.
"Ya, memang kadang-kadang ada bakteri yang bisa diambil tapi tak bisa tumbuh, ada yang bisa tumbuh tapi tak bisa bertahan lama, mati, bahkan ada yang benar-benar tidak bisa diambil dan tidak bisa tumbuh..."kata Mia santai sambil mengelap tangannya dengan lapnya.
"Kenapa kau seperti itu bakteriku..?" tanya Nevskia sambil mengamati tabung reaksinya, mau nangis.
"Ya, biasalah itu terjadi. Kamu ambil lagi aja bakteri dari keju. Kamu tumbuhkan lagi!" kata Mia tersenyum meletakkan lapnya, lalu meninggalkan Nevskia.
"Mbikin lagi, setelah tiga minggu,  hah,!" kata Nevskia sambil mengamati tabung reaksinya.
"Awas Nevskia kamu jangan berdiri di situ," perintah Mia sambil membawa keranjang besar warna merah jambu berisi petridish-petridish.
Nevskia geser ke kanan sedikit
"Awas Nevskia jangan di situ!" kata Yersi menabarak bahu Nevskia, sambil mengamati tabung reaksi kecilnya yang berisi medium kuning.
Nevskia menggeser badannya ke kanan sedikit lagi.
"Nevskia! jangan menaruh keju penelitianmu di mejaku, bisa kontam semua penelitianku..!" teriak Valens.
"Iya...!" Nevskia lari mendatangi Valens, lalu membersihkan mejanya.
“Ini yang kemarin ninggalin alat-alat di autoklaf, tidak diambilin sekalian, siapa..?!” tanya Valens.
Nevskia lari mendekati autoklaf dan mengambili alat-alatnya, kemudian memasukkannya  ke dalam oven.
Nevskia berjongkok mempersiapkan alat-alat bakterinya yang tidak tumbuh untuk merebusnya. Nevskia mengambil sabun cuci piring kemudian memasukkannya ke dalam panci rebusan, mengembalikkannya ke tempat semula, lalu jongkok lagi. "Kenapa jadi begini?" tanya Nevskia pada dirinya sendiri sambil memasukkan alat-alatnya ke dalam air yang hampir mendidih.
Setelah air tersebut mendidih, dan semua materi yang melekat pada alat-alatnya larut, Nevskia mengambili alat-alat tersebut kemudian memasukkannya ke dalam ember. Nevskia membawa ember tersebut ke wastafel kemudian mencucinya di sana. "Semoga aku bisa sabar..!" kata Nevskia sambil mencuci piring-piring tersebut.
“Ini yang meninggalkan panci rebusan, tanpa membuang airnya siapa?” tanya Ige sambil mengangkat panci panas dari kompor gas dengan lapnya, menaruhnya di atas lantai, lalu meninggalkannya begitu saja.
Nevskia segera mengelap tangannya ke kain, berlari – lari mendekati panci rebusan. 
"Hai, hati-hati kalau berjalan!" kata seorang cowok tersenyum yang tertabrak bahunya oleh kepala Nevskia.
"Maaf, aku terburu-buru," kata Nevskia kesal tanpa mengamati wajah cowok yang ditabraknya. Ia melihat papan nama 'Neapo' di dada orang yang mengenakan kaos putih dan celana putih. 
Orang tersebut berlalu meninggalkannya.
"Sangat susah untuk hidup di sini..!." kata Nevskia tertawa pada dirinya sendiri, lalu berjongkok mengelap kompor gas di depannya dengan pelan-pelan. Nevskia segera menyelesaikan mengelap kompornya, menuangkan sisa air rebusannya ke ember, kemudian membuangnya ke tempat pembuangan limbah.
Nevskia kembali kembali ke wastafel, mencuci kembali peralatannya, kemudian merenung sebentar sambil tersenyum. "Mari kita bekerja keras!". Nevskia menunduk lagi, lalu segera menyelesaikan mencuci peralatannya.
"Ah, bukankah kata Mia aku harus mengulang membuat medium?" kata Nevskia, mengelap tangannya pada lapnya lalu segera berlari ke ruang bahan kimia.
"Awas Nevskia, medium panas, kau tak akan sanggup melewatinya kalau ia mengenaimu..!" kata Ige menabrak Nevskia, sambil membawa erlenmeyer besar berisi medium panas dengan lapnya.
"Kau akan steril medium Ige?" tanya Nevskia kegirangan.
"Ya,"
"Aku ikut ya, aku mau  bikin minimal medium cair... " kata Nevskia tersenyum.
Ige diam saja dan melewati Nevskia.
Nevskia mengamati Ige, tesenyum, lalu berlari mengambil tiga buah erlenmeyer di oven dan mengisinya dengan akuades, lalu lari ke ruang bahan kimia, mengenakan maskernya, dan mulai menimbang.
"Hei, Nevskia kalau mau nimbang ngantri..!" kata Yersi sambil masuk ke ruang bahan kimia sambil membawa erlenmeyer besar berisi setengah air. 
Nevskia segera minggir dan mengamati Yersi dari belakang sambil menyenderkan punggung di meja panjang yang merupakan mejanya mba Mia yang juga merupakan mejanya Yersi. 
Setelah Yersi selesai Nevskia masuk sambil membawa erlenmeyer yang tadi ia siapkan. "Ini tidak ada yang akan nimbang lagi kan..?" tanya Nevskia lirih. Nevskia menunggu reaksi sambil meletakkan erlenmeyer-erlenmeyernya, setelah beberapa saat tidak ada reaksi barulah Nevskia menimbang. Nevskia menimbang 1 gr K2HPO4, 0.5 gr MgSO4.7H2O, 0.5 gr NaCl, 0,001 gr FeSO4.7H2O, 0.01 gr MnSO4.7H2O, 0.005 gr CaCO3, dan menimbang 0.76 gr potongan keju yang memiliki kualitas baik.
 “Ini yang membuka oven tidak ditutup lagi siapa..?!” teriak Ige. 
Nevskia segera menuju ke tempat oven, sambil repot membopong tiga buah erlenmeyer  berisi Medium yang tadi ia buat dan menutup oven tersebut.
Nevskia memasukkan erlenmeyer yang berisi minimal medium cair tersebut ke dalam autoklaf sambil hati – hati, “Ini dimasukkan ke sini ya, Ige?!” tanya Nevskia sambil hati – hati mengamati Ige.
“Ya..” sahut Ige halus. “Nggak usah ditutup autoklafnya Nevskia, biar nanti saja aku yang nutup..!” kata Ige lagi masih halus.
Nevskia mengamati Ige tak percaya tapi kemudian tersenyum senang.
"Baiklah..," kata Nevskia senang sambil berjalan ke arah mejanya.
“Ini yang habis nimbang kertasnya masih berantakkan di mana – mana, tutup botolnya masih berantakkan di mana – mana siapa..?!” teriak Mia.
Nevskia kaget dan segera menghentikan langkahnya lalu sejenak kemudian ia segera memutar badannya mendekati Mia, "Ada apa Mia..?"
"Ini yang habis nimbang siapa..?!"
“Aku, aku yang terakhir nimbang…” kata Nevskia sambil mengamati meja, lalu segera mengambil lapnya, lalu mengelapi meja tersebut sambil tersenyum masam.
Nevskia berjalan lagi menuju ruang depan, “Tadi kamu yang habis nyuci di sini ya Nevskia, kalau habis nyuci sponnya jangan lupa dikembalikan lagi ke tempatnya semula.., kamu juga perlu beli sabun sendiri,” kata mba Valens, “Jangan pakai sabun Lab…” kata Valens sambil mencuci petridish dan tabung reaksinya.
Nevskia berdiri memandangi Valens yang masih mencuci petridishnya, lalu Valens membersihkan wastafel bekas mencucinya tersebut. 
 Nevskia berjalan pelan ke arah meja sementaranya lalu duduk termenung di situ.
“Kamu penelitiannya tentang apa, Nevskia..?” tanya Neapo tersenyum.
"Bakteri pembentuk keju," kata Nevskia melamun sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya. 
 Neapo pergi meninggalkan Nevskia.
***
7.
" Apa kau dibimbing oleh profesor Miller? Neapo balik lagi
Nevskia mengangguk sambil tersenyum
“Jangan buat kotor di lab ini, itu tutup tabung reaksimu jatuh ke lantai!” Neapo menunjuk ke arah bawah meja Nevskia, yang terdapat tutup tabung reaksi berwarna putih, lalu kembali meninggalkan Nevskia.
“Tsk,” Nevskia mengambil satu tutup tabung reaksinya, lalu mengamatinya, “Cuma sekecil ini saja, kamu membuatku ditegur olehnya juga..!” Nevskia melempar tutup tabung reaksinya ke meja sementaranya, lalu menopang dagunya lagi.
 “Halo..anak baru di sini, Alise?!tanya Alise, melepas kaca mata hitamnya dan menyodorkan tangannya untuk menyalami Nevskia.
Nevskia mengamati Alise dengan aneh. Alise mengenakan jilbab hitam, dalaman jilbab hitam, mantel kotak-kotak kecil-kecil abu-abu dan putih, sarung tangann setengah jari warna hitam, rok panjang hitam, dan sepatu boot hitam dengan kaos kaki hitam di dalamnya."Lu kan udah kenal gue, ngapain lu kenalan sama gue lagi?
Alise memandangi Nevskia, “Kamu mahasiswa baru di sini, jadi tidak ada salahnya dong aku berkenalan denganmu, yakinlah kau akan selalu membutuhkan pertolonganku suatu saat nanti..!” kata Alise masih mengulurkan tanganya ke hadapan muka Nevskia.
Tsk, lu aneh-aneh aja.” dengan enggan Nevskia menyodorkan tangannya dan menyalami Alise.
Hei, kamu kosnya dimana apa nanti siang aku boleh main ke tempatmu..?” tanya Alise duduk di samping Nevskia.
Nevskia memadang Alise dengan aneh lagi
“Oke, baiklah..aku akan menceritakan kepadamu tentang Neapo!” kata Alise, seraya bangkit sambil mencangklongkan tasnya di bahunya.
Nevskia mengamati Alise yang mengenakan kaca mata hitamnya, dan hendak melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Nevskia, “Ah, baiklah kau boleh datang ke kosku malam ini, aku akan nglembur hari ini, jadi kau boleh datang ke kosku malam saja..!” kata Nevskia.
Alise melepaskan kaca matanya lagi dan berbalik, sambil tersenyum mencondongkan mukanya ke depan muka Nevskia.
Aku Alise dari Turki, senang berkenalan denganmu nona Indonesia..!” kata Alise menyalami Nevskia lagi, menggoncang-goncangkan tangannya Nevskia dengan erat.
Nevskia segera menarik tangannya dari genggaman tangan Alise, dan untuk kesekian kalinya memandangi Alise dengan pandangan aneh. "Lu aneh deh!"
“Ah, gimana pengalaman pertamamu nge-lab..?” tanya Alise.
Nevskia mengangguk.
Apa menyenangkan?!” tanya Alise.
Nevskia mengangguk.
Apa banyak orang aneh di sini?!”
Nevskia mengangguk.
Apa kau ingin benar-benar lari, dan berteriak tempat apa ini..?!” tanya Alise.
Ah, kau ini kenapa menganggukkan semua pertanyaanku, berarti aku selalu benar dong..?!” kata Alise, sambil tersenyum nyombong lagi.
Neapo itu siapa..?” tanya Nevskia.
Alise mengenakan kaca mata hitamnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Nevskia, Neapo itu teman sekelas kamu Nevskia..!” setengah teriak Alise, suaranya tertahan, lalu menutupi mulutnya dengan tangannya yang masih berbalut sarung tangan hitam, tengok kanan – kiri, tertawa sedikit, lalu menutup lagi mulutnya dengan tangannya, lalu menatap Nevskia lagi, Neapo itu teman skelas kamu, Nevskia..!” kata Alise, “Masa kamu lupa? Masa kamu nggak ingat?” tanya Alise.
Nevskia menggeleng.
***
8.
“Uah..!” Nevskia meneguk setengah botol minuman isotonik air kelapanya, "Bekerja dengan orang – orang lab membuatku putus asa, bekerja dengan orang – orang lab membuatku lelah..!" Nevskia meneguk lagi setengah air kelapanya, "Karena di lab banyak bahan kimia yang sifatnya beracun, meskipun aku sudah mengenakan masker, aku harus meneguk air kelapa ini, lab itu dapat menyebabkan aku iritasi kulit, iritasi saluran pernapasan, konjungtivitas, dan ganggungan saraf pusat atau Central Nervous System, hah..!" 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar