1.
Musim
dingin Wageningen University, Nevskia harus memasaki laboratorium Food
Microbiology di gedung Biotechnion untuk melakukan penelitian setelah satu
tahun kuliahnya. Memasuki laboratorium adalah sesuatu tantangan yang baru bagi Nevskia,
dimana sebelumnya ia tidak mengenal teman-temannya sekarang harus mengenal dan
membaur dengan teman-temannya, sebelumnya ia hanya bergabung dengan
mahasiswa-mahasiswa Indonesia sekarang ia harus perlahan meninggalkannya dan,
-meskipun ia kadang masih kembali untuk mengangis dan bercerita-, tapi sekarang
ia harus lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Memasuki lab
membubat Nevskia pada awalnya lebih banyak diam, lebih banyak mengalami
tekanan batin, dan harus lebih banyak melakukan penyesuaian diri.
Teman-temannya yang seharusnya menjadi temannya pun melakukan pembantaian
terhadap Nevskia, menyidang dan mengoreksi setiap perbuatan yang
dilakukan Nevskia, berebut alat, dan saling mendengki di dalam lab. Tetapi itu
membulatkan tekad Nevskia untuk terus maju ke depan di dalam lab-nya,
jika perli ia menutup matanya dan telingannya di dalam lab.
“My first Lab...”ketik Nevskia di blog-nya, waktu ia duduk di
depan komputer laboratorium Biotechnion Wageningen University saat pertama kali
masuk lab.
***
”Huh,
dingin-dingin..!” kata Myristi dan Nevskia sambil menggosok-gosokkan tangan
mereka yang mengenakan sarung tangan agar hangat, uap putih mengepul dari kedua
mulut mereka.
“Gimana
My, kita mau nge-lab kapan?”
“Nggak
bisa Nev, kalau kaya gini kondisinya
nggak bisa, kita harus nunggu jam lima, nunggu mereka pada pulang dari Lab dan
Lab sepi, baru kita bisa kerja!”
“Kalau
jam lima kesorean My, jam tiga ya ?!”
kata Nevskia.
“Ok!”
kata Myristi, lalu mereka nglanjutin
ngipas-ngipas.
“Hei,
Nevskia, Myristi, gimana pengalaman kalian nge-lab pertama?” tanya Nitia.
“Nge-lab
dengan kondisi rame itu.. sesuatu!” kata Myristi
masih sambil kipas-kipas.
”Nge
- lab dalam kondisi rame itu.. sesuatu!” kata Nevskia.
Nitia
memandangi mereka dengan mulut menganga, “Lah, iya, ‘sesuatu’-nya itu kayak
apa?” tanya Nitia.
“Setelah
aku masuk Lab kondisinya luar biasa rempong. Dari ruang depan sampai ruang
belakang, penuh, isinya manusia semua. Aku dan Nevskia tidak bisa apa – apa di sana, kayak dua manusia yang
tersesat di kampung vampir. Nyenggol sedikit saja mereka, bakalan keluar taring
mereka dan bakalan mengginggit aku sama Nevskia,
sampai berdarah – darah… Dan Nevskia
tutupan hidung pake tisu.” terang Myristi.
“Lah,
kenapa? Takut digigit vampir?” tanya Nitia
penasaran dengan tegang.
“Nggak,
di situ ada autoklaf dan panci rebusan yang luar biasa baunya!”
“Rebusan
apa, daging manusia?”tanya Nitia berkeringat.
“Nggak,
kadang kecambah, kadang kentang, kadang juga petri dish berisi medium membusuk,
beserta jamur – jamurnya..!” terang Myristi.
"Hah, beneran?" tanya Nitia,
memandang Nevskia dan Myristi.
"Beneran Nevs?!"
Nevskia
memandang Nitia, mengangguk
Nitia bergidig.
***
2.
Nevskia
duduk di kursi melingkar lengkap dengan mejanya yang dibuat dari adoanan semen
di taman dekat pintu keluar gedung Forum . Kursi itu berwarna coklat, panjang,
dan Nevskia hanya duduk sendirian. Tidak ada orang berlalu-lalang di kiri
kanannya. Hari sepi karena hampir semua manusia sudah pulang. Di sebelah kanan
duduk Nevskia ada setumpuk buku, sedang di tangan kanannya ada sebatang coklat
pasta yang sedang dinikmatinya.
"Profesor
Miller," kata Nevskia dalam hati sambil mengamati Profesor Miller
sambil makan coklatnya, "pasti
baru selesai rapat tentang penelitian..." .
“Kamu
penelitiannya tentang Bakteri terbaik Pembentuk Keju ya, Nevskia!” kata profesor Miller
sambil mengamati Nevskia, sambil tersenyum, di tangan kanannya memegang
setumpuk buku.
Nevskia mengamati profesor Miller,
tak mengira profesor Miller akan mendatanginya, di tangan kanannya masih
memegang coklat pasta dan mulutnya masih mengunyah.
“Nevskia?”
"Ya
Profesor," kata Nevskia masih mengamati profesor Miller.
"Penelitianmu
tentang Bakteri terbaik Pembentuk Keju, ya?!" tanya profesor Miller
lagi.
"Ya,
Profesor?!" tanya Nevskia mengamati profesor Miller, di
tangan kanannya masih memegang coklat, dan mulutnya masih mengunyah.
"Nufo
sudah memberitahukanmu tentang penelitianmu, kan?"
"Iya,
sudah Prof!" kata Nevskia sambil memangamati profesor Miller,
sambil mengunyah coklatnya, sambil memegang coklat di tangan kanannya.
"Ya
udah, jadi intinya penelitian kamu tentang Bakteri terbaik Pembentuk Keju,
ya..!" profesor Miller tersenyum, lalu memutar badannya sambil
meletakkan buku di dadanya.
Nevskia mengamati punggung profesor Miller,
"Kenapa aku harus makan coklat di depan Profesor Miller?" Nevskia
membungkukkan badannya, menyembunyikan wajahnya di lututnya.
***
3.
“Keranjang
besar satu, keranjang kecil tiga…” kata Valens,
“kain lap, pembakar Bunsen, jarum ose,
buku, pulpen, kertas, penggaris, tisu, kapas, plastik ukuran ½ kg satu bungkus,
plastik ukuran 1 kg satu bungkus, jerigen satu, plastil ukuram 3 kg satu bungkus…”
tambahnya, “Kaya mau jualan ya?” tanya Valens.
Nevskia mengangguk.
“Karet
gelang 1 kg…” lanjut Valens, “kain
kassa, cutter, gunting, plastik wrap, aluminium foil…” kata Valens sambil memasukkan tabung reaksi
kering ke dalam kantong plastik ukuran 3 kg, mau disterilisasi.
“Masih
lagi?” tanya Nevskia.
Valens mengangguk.
“Alkohol
97%, alkohol 70%, spirtus, akuades, kertas label…dan marker” kata Valens sambil berpikir, “Udah sementara
itu dulu!” kata Valens.
“Udah sementara itu dulu,” bisik Nevskia, “berarti masih ada banyak lagi!”
“Oke,
trima kasih Valens!” kata Nevskia.
“Yak!”
kata Valens.
Nevskia berjalan menuju mejanya
sambil berpikir, sambil pura-pura ngomong dengan Myristi “Banyak banget,
My!” kata Nevskia, “Nggak papa My,
ntar kita belanja bareng,” kata Nevskia,
ngomong sendiri.
***
4.
"Jadi
penelitianmu tentang apa Nevs?" tanya Nitia.
"Tentang bakteri pembentuk keju."
"Jauh-jauh ke negeri Belanda,
hanya untuk belajar bakteri pembentuk keju?"
"Scara
Belanda kan negeri keju." kata Nevskia tidak mau kalah, duduk di
samping Nitia di samping gedung Beta Universitas Wageningen sambil
menggoncang-goncangkan kaki. Nevskia memandangi salju putih yang
menghampar di depannya sedangkan pikirannya melayang pada Myristi yang
barusan meninggalkan mereka.
***
5.
***
"Yang
harus aku lakukan sekarang ini adalah menggulung-gulung kapas, membungkusnya
dengan kain kasa dan dan menggulung-gulungnya kembali."
"Kau
tidak boleh ngomong seperti itu Nevskia!"
"Tidak boleh ngomong seperti
itu, cuma ngomong seperti itu"
"Sekarang sudah jam lima, kita
sudah mendapatkan lab. Apa yang sudah kita terima harus kita syukuri. Yuk kita
steril alat!"
Myristi
mengamati Nevskia mengambil kertas, menggulung kapas, membungkus
kapas dengan kain kasa, menggulung lagi, lalu merapikannya.
"Yuk, mau steril alat
nggak?!"
"Gimana
mau steril alat kalau tutup tabung reaksinya aja belum ada, tutup erlenmeyernya
belum ada!"
"Kan
kamu bisa ngomong mau steril, nanti sambil nunggu kamu nyelesein bikin aku bisa
nyiapin sterilnya, nanti kubantu kalau aku sudah selesai!"
Nevskia
tidak mendengarkan perkataan Myristi, ia terus menggulung kapasnya.
Myristi
memasukkan air ke dalam autoklaf, memasang alas autoklaf, lalu kembali ke
mejanya mengambili alat-alatnya yang mau disteril, kemudian memasukkannya ke
dalam autoklaf.
"Nge-lab
di tempat sepi seperti ini menyenangkan ya?" kata Nevskia memegang
pundak Myristi.
"Iya, kamu bikin tutupnya udah
selesai, kalau belum kubantuin?"
"Udah kok, udah selesai. Ni
tinggal nutup-nutupin ke tabung reaksi, nanti tinggal kita masukan ke
sini!" kata Nevskia sambil melongok-longok ruangan belakang dan
ruangan bahan kimia.
"Gelap" kata Nevskia ngomong
pada dirinya sendiri.
Myristi
ikut menoleh ke belakang tapi kemudian mengamati kembali autoklafnya.
Nevskia
memasukkan alat-alatnya ke dalam autoklaf dengan dibantu oleh Myristi.
"Apa yang sebaiknya kita
lakukan, di malam hari kalau hari bersalju seperti ini?" tanya Nevskia menatapi
Myristi sambil memegangi kedua pipinya dengan kedua tangannya yang
mengenakan sarung tangan.
Mereka
duduk berdua mengenakan pakaian lab berwarna putih, di tengah ruang lab yang
berisi beberapa jajar meja berwarna putih, lampu di belakang mereka
masing-masing mati hanya di tengah di antara mereka yang menyala. Nevskia ikut
menunduk mengamati petridish yang sedang diamati Myristi.
"Aku nggak tahu Nevs mungkin
minum coklat enak."
"Itu
apa sih My, daun teh ya?"
"Iya,
ini ekstrak daun teh, aku menggunakan ini untuk mengamati bakteri yang ada di
permukaan daun teh."
Nevskia
mengalihkan pandangannya pada autoklaf tempatnya melakukan steril.
***
6.
“Kenapa
bakteriku tidak tumbuh, aish kenapa tidak tumbuh..!" kata Nevskia
mau nangis, ketika mengamati tabung reaksinya yang berisi larutan berwarna
kuning masih tetap jernih. Nafasnya terputus-putus ketika tangannya yang mengenakan sarung tangan hitam
memegangi tabung reaksi tersebut. Ia mengenakan kerudung paris coklat yang ia
kenakan di atas kepala menutupi ninja hitamnya, mengenakan kaos manset
hitam dan sarung tangan hitam dan mantel coklat, mengenakan celanan panjang
hitam dan winter ankle boot warna coklat, berlari-lari tadi, menembus hujan salju dari dormitorynya menuju
universitasnya untuk segera memulai penelitiannya.
Dengan
panik Nevskia lari ke belakang ke ruang bahan kimianya, "Mia, tahukah kamu kenapa bakteriku tidak tumbuh?
Kenapa dari kemarin tetap jernih seperti ini..?" kata Nevskia sambil memperlihatkan tabung reaksinya kepada Mia.
"Ya, memang kadang-kadang ada bakteri
yang bisa diambil tapi tak bisa tumbuh, ada yang bisa tumbuh tapi tak bisa bertahan lama, mati, bahkan ada yang
benar-benar tidak bisa diambil dan tidak bisa tumbuh..."kata Mia santai sambil mengelap tangannya
dengan lapnya.
"Kenapa kau seperti itu bakteriku..?" tanya Nevskia sambil mengamati tabung
reaksinya, mau nangis.
"Ya,
biasalah itu terjadi. Kamu ambil lagi aja bakteri dari keju. Kamu tumbuhkan
lagi!" kata Mia tersenyum meletakkan lapnya, lalu meninggalkan Nevskia.
"Mbikin
lagi, setelah tiga minggu, hah,!" kata Nevskia sambil mengamati
tabung reaksinya.
"Awas
Nevskia kamu jangan berdiri di situ," perintah Mia sambil membawa keranjang besar warna merah jambu
berisi petridish-petridish.
Nevskia geser ke kanan
sedikit
"Awas
Nevskia jangan di situ!" kata Yersi
menabarak bahu Nevskia, sambil mengamati tabung reaksi kecilnya yang
berisi medium kuning.
Nevskia menggeser
badannya ke kanan sedikit lagi.
"Nevskia!
jangan menaruh keju penelitianmu di mejaku, bisa kontam semua penelitianku..!"
teriak Valens.
"Iya...!" Nevskia lari mendatangi Valens, lalu membersihkan mejanya.
“Ini
yang kemarin ninggalin alat-alat di autoklaf, tidak diambilin sekalian,
siapa..?!” tanya Valens.
Nevskia lari mendekati autoklaf dan
mengambili alat-alatnya, kemudian memasukkannya ke dalam
oven.
Nevskia berjongkok mempersiapkan
alat-alat bakterinya yang tidak tumbuh untuk merebusnya. Nevskia mengambil
sabun cuci piring kemudian memasukkannya ke dalam panci rebusan,
mengembalikkannya ke tempat semula, lalu jongkok lagi. "Kenapa jadi
begini?" tanya Nevskia pada dirinya sendiri sambil memasukkan
alat-alatnya ke dalam air yang hampir mendidih.
Setelah
air tersebut mendidih, dan semua materi yang melekat pada alat-alatnya larut, Nevskia
mengambili alat-alat tersebut kemudian memasukkannya ke dalam ember. Nevskia
membawa ember tersebut ke wastafel kemudian mencucinya di sana.
"Semoga aku bisa sabar..!" kata Nevskia sambil mencuci
piring-piring tersebut.
“Ini
yang meninggalkan panci rebusan, tanpa membuang airnya siapa?” tanya Ige sambil mengangkat panci panas dari
kompor gas dengan lapnya, menaruhnya
di atas lantai, lalu meninggalkannya begitu saja.
Nevskia segera mengelap tangannya ke
kain, berlari – lari mendekati panci rebusan.
"Hai, hati-hati kalau
berjalan!" kata seorang cowok tersenyum yang tertabrak bahunya oleh kepala
Nevskia.
"Maaf,
aku terburu-buru," kata Nevskia kesal tanpa mengamati wajah cowok
yang ditabraknya. Ia melihat papan nama 'Neapo'
di dada orang yang mengenakan kaos putih dan celana putih.
Orang
tersebut berlalu meninggalkannya.
"Sangat
susah untuk hidup di sini..!." kata Nevskia tertawa pada dirinya
sendiri, lalu berjongkok mengelap kompor gas di depannya dengan
pelan-pelan. Nevskia segera menyelesaikan mengelap kompornya, menuangkan
sisa air rebusannya ke ember, kemudian membuangnya ke tempat pembuangan limbah.
Nevskia kembali kembali ke wastafel,
mencuci kembali peralatannya, kemudian merenung sebentar sambil tersenyum.
"Mari kita bekerja keras!". Nevskia menunduk lagi, lalu
segera menyelesaikan mencuci peralatannya.
"Ah,
bukankah kata Mia aku harus mengulang membuat medium?" kata Nevskia,
mengelap tangannya pada lapnya lalu segera berlari ke ruang bahan kimia.
"Awas
Nevskia, medium panas, kau tak akan sanggup melewatinya kalau ia
mengenaimu..!" kata Ige menabrak Nevskia, sambil membawa
erlenmeyer besar berisi medium panas dengan lapnya.
"Kau
akan steril medium Ige?" tanya Nevskia kegirangan.
"Ya,"
"Aku
ikut ya, aku mau bikin minimal medium cair... " kata Nevskia tersenyum.
Ige diam saja dan melewati Nevskia.
Nevskia
mengamati
Ige, tesenyum, lalu berlari
mengambil tiga buah erlenmeyer di oven dan mengisinya dengan akuades, lalu lari
ke ruang bahan kimia, mengenakan maskernya, dan mulai menimbang.
"Hei,
Nevskia kalau mau nimbang ngantri..!" kata Yersi sambil
masuk ke ruang bahan kimia sambil membawa erlenmeyer besar berisi setengah
air.
Nevskia
segera minggir dan mengamati Yersi dari belakang sambil menyenderkan
punggung di meja panjang yang merupakan mejanya mba Mia yang juga
merupakan mejanya Yersi.
Setelah
Yersi selesai Nevskia masuk sambil membawa erlenmeyer yang tadi
ia siapkan. "Ini tidak ada yang akan nimbang lagi kan..?" tanya Nevskia
lirih. Nevskia menunggu reaksi sambil meletakkan
erlenmeyer-erlenmeyernya, setelah beberapa saat tidak ada reaksi barulah Nevskia
menimbang. Nevskia menimbang 1 gr
K2HPO4, 0.5 gr MgSO4.7H2O, 0.5 gr NaCl, 0,001 gr FeSO4.7H2O, 0.01 gr
MnSO4.7H2O, 0.005 gr CaCO3, dan menimbang 0.76 gr potongan keju yang memiliki
kualitas baik.
“Ini
yang membuka oven tidak ditutup lagi siapa..?!” teriak Ige.
Nevskia segera menuju ke tempat oven, sambil repot membopong tiga buah
erlenmeyer berisi Medium yang tadi ia buat dan menutup oven tersebut.
Nevskia memasukkan erlenmeyer yang
berisi minimal medium cair tersebut ke dalam autoklaf sambil hati – hati, “Ini
dimasukkan ke sini ya, Ige?!” tanya Nevskia sambil hati – hati mengamati
Ige.
“Ya..”
sahut Ige halus. “Nggak usah ditutup
autoklafnya Nevskia, biar nanti saja
aku yang nutup..!” kata Ige lagi
masih halus.
Nevskia mengamati Ige tak
percaya tapi kemudian tersenyum senang.
"Baiklah..,"
kata Nevskia senang sambil berjalan ke arah mejanya.
“Ini
yang habis nimbang kertasnya masih berantakkan di mana – mana, tutup botolnya
masih berantakkan di mana – mana siapa..?!” teriak Mia.
Nevskia kaget dan segera menghentikan
langkahnya lalu sejenak kemudian ia segera memutar badannya mendekati Mia,
"Ada apa Mia..?"
"Ini
yang habis nimbang siapa..?!"
“Aku,
aku yang terakhir nimbang…” kata Nevskia
sambil mengamati meja, lalu segera mengambil lapnya, lalu mengelapi meja
tersebut sambil tersenyum masam.
Nevskia berjalan lagi menuju ruang
depan, “Tadi kamu yang habis nyuci di sini ya Nevskia, kalau habis nyuci sponnya jangan lupa dikembalikan lagi ke
tempatnya semula.., kamu juga perlu beli sabun sendiri,” kata mba Valens, “Jangan pakai sabun Lab…” kata Valens sambil mencuci petridish dan
tabung reaksinya.
Nevskia berdiri memandangi Valens yang masih mencuci petridishnya, lalu Valens membersihkan wastafel bekas
mencucinya tersebut.
Nevskia berjalan pelan ke arah meja
sementaranya lalu duduk termenung di situ.
“Kamu
penelitiannya tentang apa, Nevskia..?” tanya Neapo tersenyum.
"Bakteri pembentuk keju," kata Nevskia
melamun sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya.
Neapo pergi meninggalkan Nevskia.
***
7.
" Apa kau dibimbing oleh profesor Miller? ” Neapo balik lagi
Nevskia mengangguk sambil tersenyum
“Jangan buat kotor di lab ini, itu tutup tabung
reaksimu jatuh ke lantai!” Neapo menunjuk ke arah bawah meja Nevskia, yang
terdapat tutup tabung reaksi berwarna putih, lalu kembali meninggalkan Nevskia.
“Tsk,” Nevskia mengambil
satu tutup tabung reaksinya, lalu mengamatinya, “Cuma sekecil ini saja, kamu
membuatku ditegur olehnya juga..!” Nevskia
melempar tutup tabung reaksinya ke meja sementaranya, lalu menopang dagunya
lagi.
“Halo..anak baru di sini, Alise?!” tanya Alise, melepas kaca mata hitamnya dan menyodorkan tangannya
untuk menyalami Nevskia.
Nevskia mengamati Alise dengan aneh. Alise mengenakan jilbab hitam, dalaman jilbab hitam, mantel kotak-kotak
kecil-kecil abu-abu dan putih, sarung tangann setengah jari warna hitam, rok
panjang hitam, dan sepatu boot hitam dengan kaos kaki hitam di
dalamnya."Lu kan udah kenal gue, ngapain lu kenalan sama gue lagi?
Alise memandangi Nevskia, “Kamu mahasiswa baru di sini, jadi tidak ada salahnya
dong aku berkenalan denganmu, yakinlah kau akan selalu membutuhkan pertolonganku
suatu saat nanti..!” kata Alise masih
mengulurkan tanganya ke hadapan muka Nevskia.
“Tsk, lu aneh-aneh aja.”
dengan enggan Nevskia menyodorkan
tangannya dan menyalami Alise.
“Hei, kamu kosnya dimana apa
nanti siang aku boleh main ke tempatmu..?” tanya Alise duduk di samping Nevskia.
Nevskia memadang Alise dengan aneh lagi
“Oke, baiklah..aku akan menceritakan kepadamu tentang Neapo!” kata Alise, seraya bangkit sambil mencangklongkan tasnya di bahunya.
Nevskia mengamati Alise yang mengenakan kaca mata
hitamnya, dan hendak melangkahkan kakinya
pergi meninggalkan Nevskia, “Ah,
baiklah kau boleh datang ke kosku malam ini, aku akan nglembur hari ini, jadi
kau boleh datang ke kosku malam saja..!” kata Nevskia.
Alise melepaskan kaca matanya lagi
dan berbalik, sambil tersenyum mencondongkan mukanya ke depan muka Nevskia.
“Aku Alise dari Turki, senang berkenalan denganmu nona Indonesia..!”
kata Alise menyalami Nevskia lagi, menggoncang-goncangkan
tangannya Nevskia dengan erat.
Nevskia segera menarik
tangannya dari genggaman tangan Alise, dan untuk kesekian kalinya
memandangi Alise dengan pandangan
aneh. "Lu aneh deh!"
“Ah, gimana pengalaman pertamamu nge-lab..?” tanya Alise.
Nevskia mengangguk.
“Apa menyenangkan?!” tanya Alise.
Nevskia mengangguk.
“Apa banyak orang aneh di sini?!”
Nevskia mengangguk.
“Apa kau ingin benar-benar
lari, dan berteriak tempat apa ini..?!” tanya Alise.
“Ah, kau ini kenapa
menganggukkan semua pertanyaanku, berarti aku selalu benar dong..?!” kata Alise, sambil tersenyum nyombong
lagi.
“Neapo itu siapa..?” tanya Nevskia.
Alise mengenakan kaca mata
hitamnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Nevskia,
“Neapo itu teman sekelas kamu Nevskia..!”
setengah teriak Alise, suaranya
tertahan, lalu menutupi mulutnya dengan tangannya yang masih berbalut sarung tangan hitam, tengok kanan – kiri, tertawa sedikit, lalu menutup lagi mulutnya dengan
tangannya, lalu menatap Nevskia lagi,
“Neapo itu teman skelas kamu, Nevskia..!” kata Alise, “Masa kamu lupa? Masa kamu nggak ingat?” tanya Alise.
Nevskia menggeleng.
***
8.
“Uah..!”
Nevskia meneguk setengah botol
minuman isotonik air kelapanya, "Bekerja dengan orang – orang lab
membuatku putus asa, bekerja dengan orang – orang lab membuatku lelah..!"
Nevskia meneguk lagi
setengah air kelapanya, "Karena di lab banyak bahan kimia yang sifatnya
beracun, meskipun aku sudah mengenakan masker, aku harus meneguk air kelapa
ini, lab itu dapat menyebabkan aku iritasi kulit, iritasi saluran pernapasan,
konjungtivitas, dan ganggungan saraf pusat atau Central Nervous System, hah..!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar